Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Alasan Kenapa Aku Tidak Memerlukan Kartu Kredit

16 Maret 2021   08:32 Diperbarui: 16 Maret 2021   09:00 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar hasil tangkap layar dari pixabay.com

Selidik demi selidik, dua pekan yang lalu Pak Suami mendapat telepon dari seseorang ngakunya pihak bank pusat Jakarta. Dia bertanya jumlah saudara kandung, nama suaminya, alamat kami. Orang tersebut, juga menjelaskan tentang kartu kredit. Hanya Pak Suami tidak paham betul teknik penggunaannya. "Biar saja nanti Mamah belanja ke mall tidak usah bawa uang, cukup dengan kartu ini," ujar suami saat itu.

Naluri perempuan sih suka-suka saja diberi kebebasan belanja tanpa syarat.Namun sebagai istri yang perhitungan, maksudnya shoping boleh saja, tetapi perhitungan juga dengan gaji Pak Suami, penghasilan tiap bulan, pengeluaran tiap bulan.

Ok lah bagi Pak Suami tidak masalah, tetapi nama-nama yang lain bagaimana? Kami tinggal di kampung. Belanja kebutuhan juga bukan ke Ramayana, Matahari atau mall lainnya. Makan juga bukan ke resto bintang lima yang ada mesin kartunya. Kami makan di resto bintang kejora alias kaki lima.

Orang seusia kami di kampung tidak suka memikirkan yang ruwet-ruwet. Memikirkan makan saja sudah ruwet. Penghasilan dari tanam padi itu tiga bulan sekali, belum lagi harus membeli pupuk, anak sekolah, dan lain-lain.

Kalau pun kredit atau pinjam uang, tidak usah jauh-jauh dengan memakai syarat macam-macam. Cukup satu macam, "Silihi sek ya, engko pas panen disaur pakai gabah!" Beres kan? Ada saling kepercayaan dan catatan di memo kecil.

Ini Tips-tips aku untuk menolak produk yang ditawarkan pihak bank.

Pertama. Jika ada telepon dari bank menawarkan produk yang pertama dicari adalah nama pemilik buku tabungan. Aku sering katakana, "Bapaknya keluar, mungkin bisa tinggalkan pesan!" Pak Suami itu memegang Hp jika ada hal penting saja. selebihnya waktunya dipakai untuk melukis. 

Nah ketika karyawan bank itu menolak meninggalkan pesan, itu tandanya dia hendak menawarkan produk baru ke Pak Suami. Produk bisa asuransi, kartu kredit atau yang lainnya.

Oh ya, untuk pihak bank yang ada di kotaku, mereka sudah biasa telepon jika ada produk baru. Mereka sudah sering menawarkannya tanpa harus bicara langsung dengan Pak Suami.

"Ibu ini, kami mempunyai program baru," bla ... bla ... bla.

Panjang kali lebar, dia menjelaskan. "Mungkin bapaknya berminat, bisa ibu sampaikan, kami tunggu di kantor ya, Bu!" Sebagai penutup dia akan bicara seperti itu.

Kedua. Ketika ada telepon yang mengaku dari bank pusat Jakarta. Dengarkan saja penjelasannya jika mau, tetapi jangan sekali-kali memberi identitas lengkap ; nama, alamat, tanggal lahir. Pihak bank yang biasa kita nabung, dia sudah tahu identitas, tinggal klik di komputer. Keluar deh semua riwayat hidup pemegang buku. Mungkin juga sih, aku bukan pegawai bank. Hehe ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun