Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Sri Patmi: Berlabuh di Geladak Kapal Dharma Kencana II

7 Desember 2020   15:49 Diperbarui: 7 Desember 2020   16:00 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Allahu akbar ... Allahu akbar ... Allahu akbar ... Laa ilaaha illallahu Allahu akbar ...". Gema takbir berkumandang di alam semesta, seluruh umat muslim diseluruh jagad raya ini menyerukan asma Allah, takbir, tasbih, tahmid dan tahlil.

Dengan penuh keharuan, kulalui hari raya idul fitri tanpa keluarga. Sudah lima tahun ini aku tidak pulang ke kampung halaman di Lampung. Itu semua aku lakukan karena ada beberapa target yang ingin kucapai di kota metropolitan.

Yah ... Inilah yang harus kujalani untuk mencapai target yang telah aku tentukan sebelum aku memutuskan untuk pergi merantau ke Jakarta. Disini aku harus belajar untuk bekerja keras dan bekerja cerdas. Aku harus pandai dalam memanage segala keperluanku.

Jika dulu segala keperluanku telah diatur oleh orang tuaku, maka mulai saat inilah aku harus belajar untuk mandiri. Selain bekerja, aku juga menjalani studi disalah satu universitas terkemuka di Jakarta. Oleh karena itu, mulai saat inilah aku harus bisa mengatur waktu dan mangatur pengeluaranku.

Memang, awalnya terasa sulit, namun seiring berjalannya waktu, apa yang kita lakukan secara terus menerus akan menjadi sebuah habit (kebiasaan). Ketika semua orang sedang terlelap dalam tidurnya, aku sudah berangkat bekerja. Menjalani rutinitas bekerja, segala macam persoalan datang silih berganti.

Ketika persoalan tersebut telah terselesaikan, kini saatnya aku harus bergegas berangkat ke kampus untuk menuntut ilmu. Pikiraku mulai terbagi dengan aktifitas lainnya. Malam ini ada kelas pengganti, aku harus pulang larut malam. Pergi pagi, pulang larut malam. Tapi, itulah tantangan hidup.

Kubaringkan tubuhku diatas tempat tidur, kutatap langit -- langit ruang kamarku. Kulepaskan semua keletihanku. Dalam keletihan tersebut, aku merasakan sedang dalam suatu titik kejenuhan. Aku berpikir tentang target yang ingin kucapai. Aku berpikir kembali, memang target itu akan menjadi tolak ukur dan tujuan yang harus kita tempuh, namun dengan target tersebut aku justru bukan semakin termotivasi, malah mengalami suatu kemunduran.

Aku semakin lelah mengejar target tersebut, semakin kukejar, target itu semakin menjauh. Target itu seakan -- akan bergerak mengikuti segala pergerakanku. Apakah hidup dengan sebuah target dan ekspektasi itu salah? Apakah konsep hidup itu telah teraktualisasi dalam diriku?

Evaluasi diri, aku harus melakukan evaluasi. Aku tidak mungkin terus begini, aku harus berubah. Setelah melakukan evaluasi, ternyata aku salah menyikapi semua ini. Kini aku tahu, mengapa setiap kali target itu kukejar selalu bergerak menjauh? Karena aku membiarkan diriku menutup segala kebaikan yang datang padaku. Aku terlalu keras kepala dan menganggap semua yang ada dalam pikiranku adalah suatu kebenaran yang hakiki dan absolut.

Dimalam yang sunyi senyap ini, kutengadahkan tanganku, ku lafadzkan bibirku untuk menyebut asma Allah sembari berdoa. Aku tahu, selama ini aku semakin jauh dari perintah -- Nya.

"Ya Allah, ampunilah segala dosa -- dosa yang telah kuperbuat. Selama Kau berikan nikmat dan karunia -- Mu, aku selalu ingkar. Padahal suatu kebenaran yang hakiki dan absolut hanya datang dari -- Mu Ya Allah. Ya Allah, mohon bantu dan bimbing aku untuk selalu berbuat yang terbaik, bukan hanya untuk diriku sendiri ya Allah, tapi untuk orang tua dan masyarakat yang lebih luas. Aamiin".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun