Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aroma Karsa Kematian

4 September 2020   00:50 Diperbarui: 4 September 2020   00:38 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bogor, 3 September 2020 

Mungkin tak banyak kisah yang mampu terungkap pada setiap bagian kehidupan. Ada bagian yang harus terpendam atau hanya sekedar memercikkan sedikit saja kemilaunya agar terlihat seperti ada. Setelah ada, kehadirannya akan dianggap sebagai bagian dari kisah itu sendiri. 

Kali ini mungkin aku tak mampu lagi memprakarsai kuasa tubuhku untuk sekedar diam. Ia terus beraksi dari hari ke hari. Ada atau tanpa ada reaksi tetap saja menunjukkan sebuah pergerakan meskipun dalam diam. 

Setiap yang terpendam bisa saja tidak terlihat. Padahal bagian terdalam yang memendam itu ingin sekali mencuat ke permukaan.

Kali ini aku asik menikmati setiap aliran syaraf bergerak mengejang ke seluruh tubuh. Pada lain waktu, alirannya hilang dan mati saja sudah cukup. Betapa mengerikan setiap aroma kematian itu mendekat, bulu kuduk tak lagi merinding. 

Bukannya tak takut mati. Tetapi setiap waktu gambaran kematian itu selalu menghampiri dalam angan yang terus melayang. Langkah kaki yang begitu cepat terkadang menyebabkan badan yang tegak harus menukik. Menghujam dan menghunuskan ribuan dera dalam tanah. Untuk sekedar menyadarkan diri bahwa tanah adalah hidup yang ternyaman.

Setelah nyamannya hilang ia akan bergolak. Lebih dari sekedar mendidih. Alunan dawai sholawat masih terdengar lirih meski jiwa terus saja merintih. Andai kata harus ada sebuah titik temu dengan Sang Maha Kehidupan, adakah yang bisa menggantikan selain diriku sendiri? 

Pikirku lucu sekali ketika bagian-bagiannya mulai dipritili oleh kesombongan hati. Mulai merasa benar sendiri, egosentris, skeptis, terus saja mencari pembenaran diri sendiri agar tetap diakui. 

Kalimat-kalimat yang katanya muhasabah, evaluasi mulai bertawaf didepan keningku. Bukan hanya pening saja, tetapi rasanya ingin melempar jumroh. Dasar setan! Setiap waktu mereka selalu berkelindan.

Ayo turun! Sini kita duel bersama! Kapan sih aku pernah menyaksikan setiap untaian kata yang terus berputar ini berhenti? Kali ini aku takkan tidur di tanah dengan nyaman. Harus kupastikan dulu kau yang mati setelah kulempari bebatuan dari bahan bakarmu sendiri. 

Ngeri kan? Tidakkah kau merasa takut? Sekarang aku hanya ingin mengajarimu caranya mati. Duduklah kawan! Jangan terus menghantui dengan ribuan kalimat-kalimat dalih muhasabah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun