Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Budaya Kerja Naik Tangga

16 Mei 2019   13:57 Diperbarui: 16 Mei 2019   14:26 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Pencitraan dari atasan guna mendapatkan simpati dan mendongkrak salary. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan simpati dari atasan. Cara yang ditempuh semakin beragam. Trik dan cara yang sering dilakukan yaitu sebagai berikut :

  1. Orang yang menduduki posisi penting dengan tanggung jawab yang besar, namun tidak didukung dengan sarana dan prasarana penunjang, ia akan mengajukan peningkatan jumlah payroll secara prosedural.
  2. Pengajuan insentif atas dasar loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan.
  3. Optimalisasi, kreativitas dan inovasi kerja yang baru, sehingga menciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif.
  4. Memupuk jiwa "sense of belonging", artinya kemampuan seseorang untuk mencintai dan menumbuhkan perasaan memiliki pekerjaan tersebut. Sense of belonging ini sangat penting dalam pekerjaan, karena dengan jiwa memiliki, maka pekerjaan bukan hanya menjadi beban. Kerja merasa nyaman, hasil menjadi maksimal, salary pun optimal, bukan begitu?
  5. Selain sense of belonging, faktor CINTA juga dapat menentukan dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman ( ceritanya cinta lokasi atau cinlok hehehehe ... )
  6. Alih -- alih resign atau mengundurkan diri dengan tujuan perusahaan akan meningkatkan salary.

Selain dengan cara tersebut diatas, nah ada praktek pencitraan yang nakal juga, yaitu dengan cara naik tangga. Woow.. capek dong ya naik tangga, apalagi kalo sampe lantai 12? Hehehe piiis :P

Makna budaya kerja naik tangga ini bersifat konotatif. Dalam arti bukan makna sebenarnya. Naik tangga? Coba anda bayangkan, bagaimana jika anda naik tangga?. Ketika menaiki tangga, tentunya kaki akan berpijak pada anak tangga dan tangan berusaha untuk menggapai pegangan tangga.

Budaya kerja naik tangga adalah sebuah analogi yang digunakan untuk mengilustrasikan budaya kerja yang rela mengorbankan masa depan bawahannya demi mendapatkan pencitraan baik dari atasan. Waduh? Sama bawahan nginjek, sama atasan merangkul? Bagaimana menurut anda mengenai seseorang yang menerapkan etos kerja seperti itu?

Kadang kesel juga ya kalo ada rekan kerja yang kayak gitu? Demi pencitraan sesaat, kepentingan dan masa depan orang lain dikorbankan. Dalam sebuah tim, kerja sama dan koordinasi sangat diperlukan untuk membangun hubungan yang baik antara atasan dan bawahan. Atasan, takkan bisa disebut atasan jika tidak memiliki bawahan. Begitupun sebaliknya. Betul? Nah, cara yang mana yang akan Anda gunakan untuk mendongkrak karir?

Terus yang bikin kesel lagi nih ya? kalo ada rekan kerja yang selalu mencari -- mencari kesalahan orang lain dengan maksud dan tujuan untuk menjatuhkan karir dan citra baik seseorang. Enggak masalah sih, positive thinking aja, karena lawan adalah orang yang jauh lebih memperhatikan kita dibanding kawan. Cukup berpikir aja, orang yang marah -- marah melulu dan suka mencari kesalahan orang lain itu cepet tua ( hahahahah ... smiley :-P ). Terkadang, kesalahan terkecil saja ia tahu, sebenarnya itu bisa dijadikan media pembelajaran untuk pembenahan diri, bukan hanya pembenaran diri.

Secara harfiah, seorang manusia memiliki kecenderungan tidak senang jika pendapatnya disanggah dan berusaha dengan berbagai cara untuk meyakinkan orang lain bahwa apa yang ia lakukan benar atau mencari pendukung demi pembenaran diri. Sah -- sah saja, jika seseorang selalu melakukan pembenaran diri, namun harus didukung dengan data yang faktual dan mampu bertanggung jawab dengan statement yang ia lontarkan. Jika sekedar cuap -- cuap, ya management juga punya mata kok? Dengan mata tersebut, management akan memiliki penilaian dan pertimbangan yang berbeda. Tergantung tinta warna apa yang akan anda goreskan dalam raport anda, warna hitam atau merah?

Sebaiknya, jika anda memiliki satu permasalahan kerja, maka fokus untuk tidak meluas ke masalah yang lain. Karena jika konflik yang anda alami semakin diperluas, bukan hanya citra anda yang buruk, namun akan berpengaruh pada berkurangnya kredibilitas perusahaan terhadap Anda. Sayang kan ya? udah berusaha semaksimal mungkin, gara -- gara emosi yang tidak terkendali, dengan sesaat apa yang sudah anda bangun, hancur semua, mulai dari hubungan kerja yang baik dan kondusif, hubungan sosial dengan rekan kerja dan ketidaknyamanan kerja. Lingkungan kerja merupakan ajang pendewasaan. Disiplin ilmu yang diterapkan tidak hanya bersifat teoritis, namun juga wujud kinerja yang pragmatis. Just reminded aja nih ya ... manusia  itu dilengkapi dengan tiga kecerdasan yaitu kecerdasan inteligensi, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Jika konflik tersebut memicu anda pada perencanaan yang destruktif, coba anda pikirkan kembali? Konflik akan mendorong pada perubahan yang radikal. Berpikir !!! Jika dengan konflik justru membuat anda tidak berpikir, apa perbedaan manusia dan binatang?

Orang yang hebat adalah orang yang berani dan jujur mengakui kesalahan. Berjiwa besar ajalah sob? Pasti management pun akan respect sama kita. Manusia adalah makhluk yang serakah. Hal itu terkait masalah 3G. Jika pada masa penjajahan kita mengenal sebutan 3G itu adalah Gold, Glory dan Gospel. Istilah tersebut mulai dikembangkan kembali dalam dunia kerja.

Gold dalam arti kekayaan. Glory yaitu kejayaan atau popularitas. Dan Gospel yaitu kredibilitas dari atasan. Padahal, dalam lingkungan kerja, harus terjalin hubungan kerja sama dan koordinasi baik secara vertikal maupun horizontal. Karena hubungan ini akan berlanjut intens pada hubungan sosial dalam masyarakat. Bukan hanya tertuang dalam secarik kertas kontrak kerja. Apakah sebuah hubungan hanya sebatas hubungan kerja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun