Mohon tunggu...
Sri Kasnelly
Sri Kasnelly Mohon Tunggu... Dosen

Dosen IAI An-Nadwah Kuala Tungkal

Selanjutnya

Tutup

New World

Organizational Engagement, Loyalitas dan Kinerja dalam Dunia Kerja Modern

4 Juli 2025   20:31 Diperbarui: 4 Juli 2025   20:31 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New World. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Perubahan global menuntut organisasi untuk mempertahankan eksistensinya, terus berkembang dan berinovasi. Salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan organisasi dalam jangka panjang adalah tingkat keterlibatan atau engagement para anggotanya. Konsep organizational engagement merujuk pada sejauh mana individu dalam organisasi, baik karyawan maupun pimpinan, terlibat secara emosional, kognitif, dan perilaku terhadap pekerjaan, rekan kerja, dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Engagement bukan sekadar kehadiran fisik di tempat kerja, tetapi keterhubungan mendalam yang mendorong kontribusi optimal dari setiap anggota organisasi.

Organizational engagement terdiri atas beberapa dimensi utama yang saling berkaitan. Pertama, keterlibatan afektif menunjukkan ikatan emosional antara individu dan organisasi. Individu dengan keterlibatan afektif tinggi merasa bangga menjadi bagian dari organisasi dan termotivasi untuk berkontribusi secara maksimal. Kedua, keterlibatan kognitif mencerminkan sejauh mana individu memahami visi, misi, dan strategi organisasi, serta mampu mengaitkannya dengan tugas dan tanggung jawabnya. Ketiga, keterlibatan perilaku ditunjukkan melalui tindakan nyata, seperti partisipasi aktif dalam proyek, inisiatif pribadi untuk memperbaiki proses kerja, dan kesediaan membantu rekan kerja.

Ketiga dimensi ini membentuk fondasi keterlibatan yang utuh. Individu yang hanya memiliki keterlibatan kognitif tetapi tidak afektif, cenderung bersikap dingin dan tidak menunjukkan loyalitas. Sebaliknya, keterlibatan afektif tanpa pemahaman kognitif dapat menghasilkan semangat yang salah arah. Oleh karena itu, keseimbangan antara afeksi, kognisi, dan aksi menjadi syarat mutlak bagi engagement yang produktif.

Sejumlah faktor internal dan eksternal memengaruhinya. Kepemimpinan yang inspiratif merupakan salah satu elemen krusial. Pemimpin yang mampu menjadi teladan, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan membangun komunikasi terbuka, cenderung menciptakan lingkungan kerja yang mendukung engagement. Gaya kepemimpinan partisipatif dan transformasional terbukti mampu meningkatkan keterlibatan karyawan karena memberikan rasa memiliki dan penghargaan terhadap kontribusi individu.

Budaya organisasi juga memainkan peran penting. Budaya yang menekankan pada kolaborasi, kepercayaan, dan inovasi dapat menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam bekerja. Ketika individu merasa nilai-nilainya sejalan dengan nilai organisasi, maka ikatan emosional akan semakin kuat. Selain itu, kejelasan peran, peluang pengembangan karir, dan sistem penghargaan yang adil turut memperkuat engagement. Ketidakjelasan dalam peran atau ketidakadilan dalam sistem kompensasi akan menurunkan motivasi dan memperbesar potensi disengagement. Sebaliknya, ketika individu merasa dihargai dan memiliki peluang untuk berkembang, mereka akan lebih loyal dan bersemangat dalam menjalankan tugas.

Penelitian menunjukkan bahwa tingkat organizational engagement yang tinggi berkorelasi langsung dengan peningkatan produktivitas, inovasi, dan kepuasan pelanggan. Individu yang engaged cenderung bekerja lebih efisien, menunjukkan inisiatif, dan bersedia melakukan upaya ekstra (extra mile behavior). Mereka juga lebih tahan terhadap tekanan dan lebih sedikit menunjukkan perilaku absensi atau niat untuk pindah kerja.

Organisasi yang memiliki karyawan dengan engagement tinggi akan memiliki daya saing yang lebih kuat, karena sumber daya manusia menjadi aset strategis dalam menghadapi perubahan dan persaingan. Bahkan dalam konteks krisis, seperti pandemi atau disrupsi teknologi, tingkat engagement yang tinggi dapat menjadi faktor penentu bertahan atau tidaknya sebuah organisasi.

Meski begitu, membangun dan mempertahankan engagement bukan perkara mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah kesenjangan antara harapan dan realita kerja. Ketika ekspektasi karyawan tidak sejalan dengan kenyataan yang mereka hadapi, maka rasa kecewa dapat menurunkan tingkat keterlibatan. Beban kerja berlebih, konflik internal, dan komunikasi yang buruk dapat melemahkan engagement. Dalam organisasi yang hirarkis atau birokratis, inisiatif individu kadang tidak diapresiasi, yang berujung pada sikap apatis. Oleh karena itu, manajemen perlu membangun sistem kerja yang fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan individu maupun tim.

Untuk meningkatkan engagement, organisasi dapat menerapkan berbagai strategi. Salah satunya adalah penerapan sistem manajemen kinerja berbasis dialog, bukan hanya evaluasi satu arah. Karyawan perlu didengar dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. Pelatihan dan pengembangan berkelanjutan, termasuk coaching dan mentoring, juga penting agar individu merasa didukung dalam pencapaian potensi terbaiknya. Program kesejahteraan, baik fisik maupun psikologis, menunjukkan bahwa organisasi peduli terhadap karyawannya sebagai manusia, bukan sekadar alat produksi.

Terakhir, penguatan komunikasi internal dan transparansi informasi menjadi pilar penting. Ketika informasi strategis disampaikan dengan jujur dan terbuka, karyawan akan merasa dihargai dan lebih mudah menumbuhkan rasa percaya terhadap organisasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun