Jarak dari rumah ke sekolahnya berkisar 400-an meter. Anak saya akan menempuhnya dengan berjalan kaki. Sebelumnya dia dan istri saya sudah melakukan trial jalan kaki. Hanya diperlukan 15 menit untuk mencapainya dengan kecepatan langkah biasa.Â
Karena itu ada penyesuaian dilakukan anak saya karena situasi dan kondisinya berbeda saat dia SD. Penyesuaiannya semenjak bangun pagi, sarapan dan jam berangkat sekolah.Â
Di pagi hari, rute yang harus dilalui itu sangat ramai lalu lintasnya. Banyak kendaraan dan mobil yang melintas. Jika jam sudah mepet ke pukul 7, para pengendara cenderung ngebut karena takut terlambat.Â
Di rute tersebut, ada beberapa persimpangan yang harus dilalui si sulung. Saya menunjukkan tempat mana saja yang lebih aman untuk menyeberang. Di samping ada zebra cross, di situ juga ada orang yang membantu menyeberangkan.Â
Selama perjalanan, saya minta dia berjalan bersama dengan orang orang yang dikenalnya. Hal itu untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Rute yang akan dia tempuh situasinya sangat ramai. Ada banyak pejalan kaki dari anak SD, SMP, SMA, anak kuliah hingga para pekerja.Â
Saya memberi bekal informasi tersebut agar perjalanan anak saya menuju sekolahnya berlangsung aman dan nyaman.Â
2. Lingkungan sekolah
Bersyukur anak saya memilih lingkungan sekolah yang baik. Bangunannya tidak ada yang bertingkat dengan halaman yang banyak ditumbuhi tanaman.
Sekolah tersebut juga mempunyai lapangan olahraga sehingga tidak harus keluar dari lingkungan sekolah saat ada pelajaran olahraga.Â
Saya juga tidak perlu kuatir akan keamanan. Sekolah yang dipilih anak saya di kelilingi oleh tembok mirip sekolah kompleks, lokasinya juga agak masuk dari jalan raya. Yang perlu diperhatikan adalah SMP tersebut berdampingan dengan sekolah lain, dari SD hingga SMU.
Saya meminta dia berhati hati dan menjaga sikap ketika bertemu anak anak dari sekolah lain, hindari konfrontasi. Kalau bisa bertemanlah dengan mereka. Semakin banyak teman itu semakin asyik.Â