Tahun ini anak perempuan saya lulus Sekolah Dasar (SD), kemudian lanjut ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Â
Si sulung sudah diterima di SMP negeri pilihannya sendiri. Sebuah keputusan yang cerdas karena dia memilih SMP yang punya reputasi bagus, tidak jauh dari rumah dan lingkungannya nyaman.Â
Sebelum mengambil keputusan, saya terlebih dahulu mengajaknya melakukan survey lokasi.Â
Sebagai tukang ojol, saya beruntung mendapatkan berbagai informasi tentang sekolah yang menjadi calon pilihan anak saya. Beberapa kastamer, mulai dari murid, guru dan orangtua bercerita tentang sekolah sekolah tersebut.Â
Saya juga bisa melakukan pengamatan situasi dan kondisi. Mulai dari lokasi, jalanan, keramaian, dan lain sebagainya. Informasi dan pengetahuan itu saya jelaskan kepada anak saya.Â
Sebenarnya salah satu dari tiga sekolah tersebut adalah SMP tempat di mana saya dulu menuntut ilmu. Prestasinya bagus terutama bidang olah raganya. Namun saya membiarkan si sulung memilih sekolahnya sendiri. Dia harus belajar membuat keputusan yang akan menentukan masa depannya.Â
Sekolah dasar lanjut ke sekolah menengah pertama adalah masa transisi dari anak-anak ke remaja. Pemikirannya mulai berbeda.Â
Jika dulu hampir semua keputusan dilakukan oleh orangtua, kini porsi itu harus dikurangi. Anak saya mulai banyak membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Sekarang tugas orang tua lebih banyak mendampingi.Â
Terkait dengan tugas pendampingan, saya merasa perlu memberi bekal sebelum masuk sekolah. Beberapa bekal yang saya berikan adalah:
1. Rute Perjalanan