Episode Rumah sakit episode 16 : Rumah Sakit Terakhir
Prolog
Langit di atas kota Radjabasa terlihat begitu membara dengan warna jingga kemerahan, warna itu juga dihiasi oleh sebuah gumpalan asap hitam yang mengepul dari lokasi tabrakan beruntun di salah satu jalan tol. Suarana sirine ambulans meraung-raung membelah jalan yang masih terlihat lenggang, Ambulan itu membawa korban-korban luka yang mengerang ke satu-satunya fasilitas kesehatan yang masih beroperasi di wilayah itu, yatu rumah sakit Mitra Sejati. Nampak terlihat dari luar, bangunan RS tersebut terbuat dari beton yang berusia sekitar lima puluh tahun itu tampak masih kokoh, bagai sebuah benteng keselamatan. Tidak ada yang tahu, benteng itu menyimpan terowongan menuju neraka.
Bab 1: Keadian Malam Pertama
Ruang ICU Jam. 9.39
Ruang gawat darurat pada malam itu seperti sebuah lautan manusia. Bau desinfektan bercampur darah dan keringat memenuhi udara. Dr. Leo (Usia sekitar 45 tahunan), dengan kantung mata kelihatan menghitam karena kurang tidur dan jas labnya yang compang-camping, berjalan menyurusi para korban dan berteriak memberikan perintah. Matanya yang tajam memindai setiap pasien satu persatu, serta mencoba memilah korban korban yang mana yang masih bisa diselamatkan dan yang bisa didahulukan.
"Luka dalam, ini perdarahan internal! Bawa ke ruang operasi tiga, sekarang!" serunya pada Suster Nina, yang wajahnya pucat namun tangannya tetap stabil mendorong tandu.
Di antara kekacauan itu, Nampak ada seorang pria paruh baya usia sekitar 56 an, Pak Dibyo demikian nama nya. Ia sedang berdiri kaku di sudut ruangan. Matanya kosong, menatap para korban seolah-olah ia mengenali setiap wajah. Dia bukan keluarga pasien manapun, tetapi dia menolak untuk pergi.
"Saudara, saya minta Anda untuk menunggu di luar," kata seorang satpam.
"Tidak! Tidak mau," bantah Pak Dibyo dengan suara datar. "Saya harus tetap di sini." Ia tetap bersikeras dan akhirnya satpam mendiamkan saja, karena satpam merasa tidak perlu ada yang ditakutkan atau yang berbaya dari pak Dibyo tersebut.
Sementara itu, di ruang perawatan, Dedi (Usia 27 dan berkaca mata), seorang pemuda yang saat itu tubuhnya yang terlihat putih dan kurus penuh dengan luka bakar dan mengalami patah tulang, bergeming. Napasnya tersengal, tapi dia hidup. Di sampingnya, tergeletak Harni (25 tahun), seorang wanita dengan luka di kepala, tiba-tiba membuka mata lebar-lebar.