Taktik Social Proof, Negosiasi Ekspor-Impor: Tawaran Jadi Tak Terbantahkan!
Jika kamu berada di tengah negosiasi ekspor-impor. Di meja itu, ada beberapa konsep dari tawar-menawar dan banyak hitungan yang sudah dibahas. Tapi tiba-tiba, seseorang menyebutkan: "Oh saya untuk informasi, perusahaan X sudah beli produk ini dari kita, lho!" Seketika, suasana berubah. Semua mata langsung beralih ke orang tersebut. Kenapa? Itu adalah taktik social proof, dan percayalah, dia bisa jadi game-changer dalam dunia ekspor-impor.
Coba anda bayangkan, jika Anda sebagai seorang eksportir keripik pisang sedang melakukan negosiasi dengan buyer dari  Jerman sebut saja Mr. Zimmer. Pada saat itu Buyer (Mr. Zimmer) tersebut yang super logis itu bertanya: "Kenapa harga Anda lebih mahal 20% dari Thailand?" Anda, dengan senyum paling meyakinkan sedunia dengan tenang menjawab: "Harga ini sudah kita sudah tetapkan sejak 3 bulan. Bulan lalu saja, kami sudah deal dengan 5 buyer dari Swiss, Belanda, dan Norwegia juga beli di harga ini. Mereka bahkan pesan ulang!" BOOM! Seketika itu juga buyer Jerman itu mikir: "Wah, kalau negara-negara kaya pada beli, pasti ini produk premium!" Inilah kekuatan social proof, taktik membuktikan bahwa produk Anda udah dipercaya banyak orang, jadi buyer baru pun langsung FOMO (Fear of Missing Out).
Jadi apa sih Social Proof itu?
Social proof adalah sebuah fenomena psikologis di mana seseorang akan lebih cenderung mengikuti tindakan orang lain yang dianggap lebih berpengalaman atau lebih "berkuasa". Dalam negosiasi, ini berarti jika orang lain sudah membeli atau memilih produk yang kamu tawarkan, kemungkinan besar pihak lawan juga akan merasa lebih aman untuk ikut ambil bagian. Coba bayangkan deh, kamu lagi jualan produk ekspor. Lalu, klien bilang, "Wah, perusahaan besar di Eropa juga sudah pakai ini ya?" Secara otomatis, dia menambah rasa percaya diri dalam tawar-menawar, dan kamu tinggal duduk manis sambil nunggu tanda tangan. Kalau ada yang sudah pakai, kenapa mereka tidak, kan?
Â
Berikut ini ada tiga Cara yang cukup gila/inovatif dalam memanfaatkan Social Proof ketika kita terlibat dalam negosiasi, antara lain :
1. Pamer Testimoni & Referensi Buyer: "Kok harga minyak kelapa Anda mahal banget?" Â Anda: "Nih coba anda, lihat email dari buyer Spanyol: 'Kualitas minyak lu juara, kita mau kontrak long-term!' Kalau mau murah, beli aja yang lain... tapi nanti kualitasnya kayak minyak goreng bekas gorengan pinggir jalan." Efeknya: Buyer langsung kepincut karena merasa produk Anda udah teruji.
2. Manfaatkan Nama Perusahaan Besar (Meski Cuma Sekali Order) "Kami supplier untuk Harrods London dan Muji Jepang lho..." (Yang gak disebut: cuma pernah kirim sample gratis ke mereka, dan mereka cuma bilang "not bad".) Tapi nama besar, trust langsung naik!
3. Bilang "Stok Sedang Tipis" atau "Banyak yang Minat" "Waduh, minggu ini udah 3 buyer dari Uni Emirat Arab nawar... Kalau mau, buruan deal sekarang sebelum kehabisan!" (Padahal gudang Anda lagi kebanjiran stok, tapi kan gak perlu kasih tahu buyer.)
Ada cerita nih dari seorang teman yang pernah jadi sales di sebuah perusahaan ekspor. Suatu hari, dia harus menegosiasikan kontrak dengan perusahaan impor besar. Ketika pertemuan mulai tegang, dia dengan percaya diri bilang, "Eh, produk kami sudah dipakai sama perusahaan XYZ yang, ya... terkenal di seluruh dunia!" Lawannya menatapnya dengan ragu, tapi setelah sedikit googling, si lawan menemukan beneran! Wajahnya langsung berubah, dan 10 menit kemudian, kesepakatan hampir tercapai. Soal harga? Gone with the wind! Semua karena social proof yang tepat.