Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keinginan Terakhir

16 Oktober 2023   09:23 Diperbarui: 16 Oktober 2023   10:25 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri NurAminah (Kebun Kol Malino, 1994)

...aku menyukai Ilham, cowok Kampung Duri yang sangat cool. Aku merasa semua cewek disini mendambakan Ilham menjadi kekasihnya. Siapa yang dapat menolak cinta Ilham yang berasal dari keluarga kaya, wajahnya tampan dengan tingkah laku santun. Namun aku merasa, keinginanku tidak bakal terwujud karena aku hanyalah produk  keluarga broken home dan Ibuku menikahi pacarku. Kamu tahu diary, hatiku sakit benar melihat orang yang kucintai berduaan dengan Ibuku setiap saat. Rasanya aku tidak punya harga diri lagi untuk hidup di dunia. Penyakit yang kuderita juga semakin parah. Jika Tuhan berkenan, aku ingin Embun menikah dengan Ilham karena aku menahu benar, di dalam sikap diamnya,  sahabatku itu mencintai Ilham. Pasti Ilham senang sekali mendapatkan calon istri yang santun, terpelajar dan keluarganya terpandang di sini....

Aku tercekat dan mataku tertuju pada kata penyakit. Memangnya Rindang sakit apa? Kesibukanku kuliah menyebabkan aku telah melalaikan sahabatku selama ini.  Pikiranku bergejolak dua arah, penasaran dengan penyakit Rindang dan Ilham, lelaki yang diam-diam aku sukai. Aku merasa rendah diri karena Rindang yang berkulit putih dan rupawan punya pesona untuk memikat lelaki itu. Tetapi sekarang dia menghibahkan lelaki itu padaku? Sembarangan saja ulah Rindang ini.

Beberapa bulan kemudian, aku mendapat surat dari ibunya Rindang, mengabarkan Rindang dirawat di rumah sakit. Lokasi rumah sakit tidak jauh dari kampus tempatku kuliah. Segera kutemui sahabatku setelah lama berpisah. Rindang yang cantik dan bertubuh aduhai sekarang tinggal belulang berbalut kulit. Aku menangis menyadari sahabatku itu telah digerogoti penyakit leukemia. Segera kupeluk tubuh ringkih di hadapanku.

"Kamu masih cengeng seperti dahulu, aku benci melihat air matamu," Rindang menyodorkan selembar tisu ke hadapanku.

"Maafkan aku Rindang, aku tidak menahu kamu sakit seperti ini."

"Aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikuatirkan. Selama disini aku belajar mengaji dan salat lima waktu, semoga Tuhan mengampuni semua dosaku. Kalau aku sudah tiada, kamu menikahlah dengan Ilham, dia lelaki yang baik untukmu."


"Kamu apaan sih?" aku memeluk Rindang sambil menangis.

"Kata Dokter, umurku tidak lama lagi. Aku sudah minta pada Tuhan, semoga aku meninggal dalam keadaan husnul khatimah memakai celana jeans dan baju kaos kesayanganku ini."

"Ya Allah, doamu gila sekali Rindang," tangisanku bertambah kencang mendengar kata-katanya. Akhirnya aku bolos kuliah hari itu dan menemani Rindang bercerita tentang semua memori kami di Kampung Duri. Dengan berat hati aku meninggalkan Rindang saat perawat mengingatkan jam besuk telah berakhir. Kami berpelukan lama sekali dan ternyata itu adalah pelukan terakhir kalinya.

Aku harus pulang ke Kampung Duri mengambil sampel tanaman untuk penelitianku. Tampaknya Tuhan telah mengatur itulah momen perpisahanku dengan Rindang untuk selama-lamanya. Karena kekurangan biaya berobat, Rindang dibawa pulang ke Kampung Duri dan dirawat seadanya. Rindang berpulang memakai baju kaos dan celana blue jeans kesayangannya sesuai keinginan terakhirnya. Air mataku tumpah melihat tubuh ringkih sahabat yang telah mendahuluiku. Dengan perlahan dan penuh kasih sayang aku membantu menggunting baju kaos yang dipakainya. Wajahnya bercahaya bagaikan tertidur lelap dengan rambut hitam nan kemilau. Sekarang sahabatku telah bersemayam di balik gundukan tanah di hadapanku. Kukunjungi kuburan Rindang untuk menyampaikan aku telah dilamar Ilham dan kami akan menikah bulan depan (srn).

Tentang Cerpenis

Sri Nur Aminah, perempuan peneliti yang sangat suka belajar tentang serangga. IG: srifirnas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun