Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspada Metamorfosa Gerakan dan Ideologi Terlarang

3 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 3 Maret 2024   06:34 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila - jalandamai.org

Data Indonesia Knowledge Hub (I-KHub) BNPT tahun 2023 menunjukkan bahwa perempuan, anak, dan remaja menjadi kelompok terbanyak untuk target radikalisasi daring maupun luring, sehingga menjadikannya sebagai kelompok rentan radikalisasi. Data tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian tahun 2016--2023 oleh Setara Institute. 

Hal tersebut menjadi lumrah karena perempuan, anak dan remaja merupakan kelompok yang aktif menggunakan media sosial, mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk mengakses internet daripada kelompok lain. Terlebih para remaja yang masih dalam proses pencarian terhadap jati diri, mereka bisa saja terperdaya oleh promo khilafah yang dibungkus dengan kemasan agama. 

Kepiawaian para generasi muda dalam berselancar di dunia maya sudah tidak usah diragukan lagi, mereka sangat kreatif. Namun sayangnya hal tersebut tidak dibarengi dengan kepiawaian dalam menelusuri dan mengkonfirmasi hal-hal yang berseliweran di dunia maya. Valid atau tidaknya suatu hal, menjadi urusan belakangan, mereka menelan informasi mentah-mentah, berlomba adu cepat siapa paling duluan membagikan informasi untuk mengejar viral. 

Kita harus waspada, tidak bisa kita pungkiri, kampanye khilafah, kampanye radikalisme telah bertransformasi lebih populer. Sekarang ini kampanye khilafah dan radikalisme banyak dikemas dengan bungkus kegiatan-kegiatan pop culture diantaranya komedi, film animasi, pengajian gaul, dan lain sebagainya. Kampanye khilafah juga menyasar anak-anak muda yang frustasi terhadap keadaan, mereka akan cepat terbawa narasi khilafah karena tergiur perubahan secara instan. 

Percayalah bahwa narasi kebangkitan khilafah adalah sebuah utopia semata. Narasi yang menganggap sistem khilafah ideal, sebagai solusi dari segala permasalahan yang kita hadapi merupakan khayalan. 

Jika kita tengok sejarah pada masa kekhalifahan setelah Khulafaur Rasyidin, saat itu juga berdarah-darah, banyak kejahatan, banyak noda kelam sejarah perpolitikan di masa lalu dengan sistem khilafah. Sistem khilafah itu sama seperti sistem yang lain, ada kelebihan dan ada juga kekurangannya. Khilafah merupakan produk politik, bukan produk agama, bukan ajaran agama. 

Narasi khilafah kebanyakan adalah pembodohan dan pemalsuan data sejarah. Seperti halnya film Jaringan Khilafah di Nusantara (JKDN), yang sudah dibantah oleh para ahli sejarah bahwa isinya adalah kebanyakan pemalsuan data sejarah dan isinya adalah kebohongan. 

Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk meningkatkan literasi agar tidak terjebak iming-iming tentang perbaikan keadaan secara instan dan pemalsuan data sejarah. Bekal pengetahuan yang mumpuni dapat menjadi benteng agar kita tidak terlena oleh buaian yang bersifat utopis semata. 

Selain meningkatkan literasi, diperlukan juga kontra narasi terhadap kampanye khilafah. Hal ini menjadi tanggung jawab semua pihak, akademisi, pemuka agama, tokoh agama, para santri, dan lain sebagainya yang memiliki keilmuan agama lebih mumpuni dibanding kebanyakan masyarakat awam. 

Mereka dapat mengimbangi kampanye dengan memasuki segmen yang sama yang sedang digandrungi anak muda zaman now. Jangan sampai anak-anak muda termakan buaian janji-janji manis surgawi yang ditawarkan oleh kelompok pengusung khilafah. 

Padahal sesungguhnya dapat merusak persatuan dan kesatuan tanah air tercinta. Harus ada yang terus menerus menyadarkan kita semua bahwa kampanye khilafah itu adalah kampanye politik, bukan kampanye agama, karena di dalam agama sendiri, perintah mendirikan khilafah itu sebenarnya tidak ada. Wallahu 'alam bishowab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun