Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saling Menghargai dalam Keberagaman Sebuah Keniscayaan

28 Desember 2019   10:57 Diperbarui: 28 Desember 2019   11:06 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - kataindonesia.com

Ketika menjalin hubungan dengan seseorang yang dicintai, tidak hanya bermodalkan rasa sayang. Tapi juga harus saling mengerti, memahami perbedaan, dan saling menghargai. Kenapa? Karena hal ini merupakan bentuk belajar menyatukan dua perbedaan dari dua kepala yang berbeda.

Jika berhasil, maka pasangan tersebut akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius, yaitu membangun sebuah keluarga yang harmonis sampai akhirnya melahirkan anak-anaknya.

Jika kita sudah bisa melakukan dalam lingkungan keluarga, hal yang sama juga akan kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan tetangga, dengan teman sekantor, dengan klien, dengan orang lain, kita juga harus bisa saling menghargai dan memahami. Hal itu sebuah keniscayaan. Karena manusia pada dasarnya saling berbeda satu dengan yang lain.

Tuhan juga menciptakan keberagaman di bumi ini. Karena itulah, antar sesama manusia tak peduli apa latar belakangnya, dianjurkan untuk saling berinteraksi, saling memahami, dan saling tolong menolong antar sesama.

Anjuran tersebut tentu bukan tanpa alasan. Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia adalah makhluk sosial, yang pastin saling membutuhkan antar sesama. Tidak ada satupun manusia yang hidup tanpa bantuan orang lain.

Karena itulah, jika ada orang atau kelompok yang merasa eksklusive, menutup diri dengan perbedaan, serta merasa pihaknya paling benar, harus terus diingatkan. Karena sikap semacam itu berpotensi memudahkan masuknya ideologi radkal. Karena radikalisme nyatanya menolak yang namanya keberagaman.

Nyatanya, para jaringan terorisme, umumnya mempunyai karakter yang sama dengan kelompok radikal yang cenderung menutup diri dengan lingkungan. Mereka juga cenderung menyalahkan, bahkan mengkafirkan orang lain. Perilaku semacam ini tentu bertentangan dengan karakter masyarakat Indonesia.

Tidak ada satupun tradisi suku-suku yang ada di Indonesia, yang mengajarkan untuk saling mencaci, saling menebar kebencian, atapun saling menebar permusuhan. Jika ada suku di pedalaman yang masih mengalami perang suku, mereka mempunyai tradisi saling memaafkan melalui upacara adat.

Untuk itulah, tidak perlu kita saling mengedepankan ego, saling menebar kebencian, ataupun saling melakukan persekusi. Toleransi merupakan keniscayaan di Indonesia. Saling menghargai merupakan keharusan dalam kehidupan masyarakat yang heterogen.

Betul mayoritas masyarakat Indonesia banyak yang memilih menjadi muslim, tapi bukan berarti segalanya harus diatur dengan hukum Islam. Karena negara ini adalah negara beragama, bukan negara Islam. Pancasila yang menjadi dasar negara, terbukti mampu merangkul semua keberagaman yang ada di negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun