"kamu gak ikut Ndis?" tanya Ranti pada ku
Aku menggeleng "cocokku nguli, gak nari Ran"
Sambil mengamati mereka yg sedang latihan, aku mencoba membuka percakapan dengan si tomboi
"maaf mbak "parjo", embak mau minum apa?"
"Bwahahaa..." si "parjo" ngakak lepas...
"bajindul, kenal anak ini bikin aku suka misuh misuh sendiri" aku membathin
"namaku Dyah" dyah mengulurkan tangannya
Aku menyambut uluran itu dan menyebut namaku. Ternyata dyah tidak seperti dugaanku. Sitomboi yg sangat cuek. Iya sih dia cuek tapi sangat friendly, suka ngocol, ngomongnya nyablak...
Usia kami hanya terpaut 1 tahun. Dyah duduk dikelas 1 sekolah atas kesenian. Satu sekolah dengan Ranti.
Dyah adalah saudara sepupu Ranti. Bapak mereka bersaudara. Mereka masih memiliki keturunan darah biru. Ranti masih terllihat gaya priyayinya. Tapi makhluk tengil satu ini terkesan jauh dari sikap itu. Mungkin mereka terbuat dari bahan yg sama tapi proses pengolahannya berbeda
Wajah Dyah yang kejawen dengan sudut matanya yg sedikit kebawah, tidak seperti sudut mata orang kebanyakan, sangat bertolak belakang dengan penampilannya yg tomboi. Tapi dibalik ke tomboi an nya, aku melihat ke gemulaiannya.Â