Mohon tunggu...
Sovia Sandhi Zahra
Sovia Sandhi Zahra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Under study to be a good journalist with IkomA UIN Suka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Waria Intelektual

20 Desember 2013   09:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:43 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13877583421468010172


[caption id="attachment_300633" align="alignleft" width="432" caption="Doc Chaca"][/caption]

Eksistesi waria dalam kehidupan masyarakat Indonesia memang tidak dapat ditolak seiring dengan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) yang sedang berkembang. Namun sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap kehadiran kaum waria itu sebagai fenomena yang tidak wajar karena mereka dianggap menyalahi kodrat Tuhan. Sedangkan di beberapa negara seperti Belanda, kaum waria dapat dikatakan go publik karena sistem hukum yang mendukung komunitas ini. Sebenarnya tidak ada sistem hukum di Indonesia yang memberatkan komunitas transgender ini. Hanya saja masyarakat Indonesia yang masih memandangnya sebelah mata untuk fenomena ini. Sehingga tidak sedikit diskriminasi yang terjadi terhadap kaum waria. Padahal dari segi psikologi mereka memiliki perasaan yang sama halnya seperti wanita yang ingin dilindungi.


Tidak sedikit waria yang diasingkan dari keluarganya karena keluarga merasa malu memiliki anak atau saudara seorang waria. Namun banyak juga yang masih diterima dengan sangat baik oleh keluarga dan masyarakatnya karena tidak sedikit dari mereka yang berprestasi. Namun di Indonesia ini, kita lebih sering menemui kaum waria yang menyandang kesejahteraan sosial. Sehingga pola kehidupan waria cenderung eksklusif, artinya membatasi diri hanya pada komunitasnya. Padahal jika mereka mampu menempatkan diri dengan benar dalam masyarakat, mereka tidak perlu hidup hanya terbatas pada komunitasnya saja. Bahkan masyarakat yang kolot sekalipun lambat laun akan terbiasa dan bisa menerima keberadaan kaum waria.


Bahkan saat ini kita mengetahui yang namanya Miss Waria Indonesia. Paling tidak ini merupakan indikator bahwa sebagian masyarakat mulai menerima eksistensi kaum waria. Bukan hanya masyarakat Indonesia, namun juga masyarakat dunia karena sebagaimana Miss Univers, kaum waria juga memiliki ajang dunia versi mereka sendiri yang dimanakan Miss Queen. Sistem penilaiannya pun juga tidak berbeda dengan ajang kecantikan pada umumnya yang tidak hanya mengandalkan kecantikan semata namun juga intelegensi dan kepribadian yang menarik. Melalui ajang kecantikan tersebut, mereka dapat menunjukkan bahwa mereka sama seperti manusia pada umumnya. Mereka memiliki skil yang baik, bahkan tidak jarang melebihi skil wanita atau pria pada umumnya. Misalkan untuk skil dalam bidang tata busana dan tata rambut. Kita akan lebih sering menemui perancang busana dan hair stylistnya seorang waria. Sebagian besar pelanggan pun merasa hasil penataan atau pemotongan rambut oleh waria lebih bagus ketimbang oleh perempuan tulen.


Meskipun begitu, pandangan masyarakat secara umum tentang waria adalah waria yang berada di jalan dan sering dianggap mengganggu masyarakat. Tapi tidak semua waria jalanan mengganggu masyarakat. Waria yang mengganggu contohnya pengamen waria yang suka bertingkah laku genit dan centil kepada orang yang akan dimintai receh, terlebih jika yang dimintai receh adalah laki-laki. Inilah yang terkadang membuat beberapa laki-laki, bahkan mungkin perempuan, merasa geli terhadap waria yang akhirnya memiliki persepsi buruk tentang waria. Padahal bisa saja itu merupakan modus yang digunakan oleh para waria agar segera diberi receh oleh yang mereka ameni.


Jika dipandang dari ranah profesi, kaum waria masih hanya sebatas pada profesi non-formal, contohnya hair stylist, perancang busana, pengamen, atau bahkan pekerja seks komerisal (PSK). Hal ini dapat dijadikan indikator bahwa kaum waria belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat Indonesia. Padahal mereka mimiliki kemampuan yang sama dengan gender-gender lainnya. Sehingga media pertelevisian di Indonesia mencoba untuk mengangkat eksistensi positif waria dengan mengadakan acara reality show seperti Be A Man atau Dorce Show yang menggunakan waria sebagai fokus objeknya.


Faktor-faktor yang menjadikan seseorang menjadi waria

a.Faktor biologis

Faktor ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh hormon seksual dan genetik seseorang. setiap manusia memiliki hormon kelakian (androge) dan hormon kewanitaan (estrogen). Pada laki-laki banyak terdapat hormon androgen sedangkan pada wanita banyak terdapat dalan dirinya hormon estrogen. Tapi adakalanya hormon estrogen lebih banyak pada seorang laki-laki atau hormon androgen lebih banyak pada seorang perempuan. Keadaan hormon demikian sering ditemukan pada homo atau lesbi. Sehingga keadaan hormon estrogen yang lebih banyak pada diri seorang laki-laki inilah yang bisa saja terjadi pada seorang waria.

b.Psikologis

Motivasi yang muncul dari dalam individu untuk melakukan sesuatu perilaku tertentu dengan tujuan-tujuan tertentu.

c.Faktor lingkungan

Pengaruh lingkungan yang membawa dampak pada perubahan tingkah laku. Ini merupakan dapat dikatakan faktor terbesar atas terbentuknya karakter perempuan dalam diri laki-laki. Misalkan orang tua yang sangat menginginkan anak perempuan hingga memperlakukan anak laki-lakinya sebagaimana anak perempuan, atau mungkin intensitas interaksi yang lebih sering dengan teman sepermainan perempuan dari pada dengan teman laki-laki.


Indoensia adalah negara berketuhanan. Warga negaranya menganut paham politheisme yang mempercayai adanya satu Tuhan. Terdapat lima agama yang diakui di Indonesia. Dan diantara lima agama tersebut tidak ada satu pun yang yang mendukung seseorang untuk berpenampilan dan berperilaku seperti apa yang dilakukan oleh waria pada umumnya. Sehingga inilah mengapa eksistensi waria di Indonesia masih banyak ditolak oleh masyarakat. Padahal kodrat sebagai waria bukanlah yang dinginkan oleh waria itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun