Mohon tunggu...
hanny kurnia
hanny kurnia Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Political Science. Part time blogger.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Demokrasi ala Milenial, Melek Hukum Melek Politik!

5 Januari 2020   21:18 Diperbarui: 5 Januari 2020   21:34 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Informasi yang terjadi di dalam masyarakat dan terjadi secara massif , baik secara grassroot sampai kalangan elite, hingga pada musim politik. Era digital pada saat ini menghasilkan suatu dampak sosial yang terkadang justru mengganggu dan meresahkan masyarakat. Hingga mempertanyakan akan kebenaran atau sekedar berita bohong.  

Digtialisasi menciptakan era baru yaitu sebuah teori Post Truth Era, Era Post-Truth terjadi bukan karena media massa atau social media saja, akan tetapi terjadi karena kurangnya kemampuan masyarakat akan mencerna informasi yang benar. 

 Post-Truth atau pascakebenaran menjadi suatu kata baru yang dinobatkan oleh Oxford Dictionaries sebagai kata baru dan kata 'Word of The Year' , asal muasal post-truth sendiri terjadi berawal dari peristiwa brexit referendum pada tahun 2016 dan presidential election di Amerika Serikat. 

Kedua peristiwa ini menjadi suatu momentum tentang lemahnya pandangan yang objektif dalam membentuk dan mempengaruhi opini publik.

Dalam dunia politik hal tersebut dikenal dengan post truth politic, atau dikenal juga dengan post truth era. Post-truth era membawa pada kebohongan putih atau white lie , dan dimana membentuk suatu opini dalam masyarakat, entah itu digambarkan dengan opini yang baik juga dengan opini yang buruk. 

Hal lainnya adalah tentang kebohongan publik yang terkadang dilakukan oleh pembohong putih yang mengesampingkan etika dalam penggunaan media masa dan dapat hidup tanpa kecaman apapun.

Media sosial yang digunakan di Indonesia yang menyediakan berbagai jenis konten di internet sekarang ini, menjadi suatu hal yang dipertanyakan kredibilitas, objektivitias, integritas, kepercayaan dan orisinalitasnya, termasuk kehadiran situs-situs dan akun robot dalam teknologi computer dengan sistem buzz untuk memberitakan berita dan pesan bohong atau negative.  

Dalam post-truth era, diartikan sebagai kondisi dimana fakta tidak terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding emosi dan keyakinan personal. 

Dalam hal ini hoax memiliki pengaruh yang lebih besar ketimbang dengan fakta sebenarnya, Ditandai dengan penggunaan media sosial, adanya kebingungan pada masyarakat untuk menentukan kebenaran dan kebohongan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Sehingga, terkadang masyarakat lebih memilih untuk menjadi partisipan politik pasif yang pragmatis dan tidak peduli akan sekitar, dan dihadapkan dengan percaya atau bersikap cuek akan kondisi sosial dan negara.

2.1  Sisi  gelap dunia siber 'Filter Bubble' dan efek ruang gema atau echo chamber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun