Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepakan "99 Persen Gol" Marcus Thuram dan Penyelamatan Emiliano Martinez, Jadi Faktor Kunci Argentina Raih Gelar Juara Dunia

19 Desember 2022   01:14 Diperbarui: 19 Desember 2022   06:37 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi Messi setelah Argentina menangi drama adu penalti lawan Prancis. (Foto: Getty Images/Julian Finney)

Laga final ideal Piala Dunia 2022 berjalan seru dan dramatis. Sang juara bertahan Prancis takluk dari Argentina lewat drama adu penalti dengan skor 4-2, setelah kedua tim bermain imbang 3-3 selama 120 menit, partai final ini dilangsungkan di Stadion Lusail Iconic, Minggu (18/12/2022) malam WIB. Emiliano Martinez kembali jadi pahlawan setelah mengagalkan tendangan penalti Kingsley Coman.

Dilaga final kali ini, pujian patut diberikan pelatih Argentina, Lionel Scaloni, taktik jitunya yang memainkan Angel Di Maria sejak menit pertama berbuah manis. Kolaborasi Lionel Messi dan Angel Di Maria, meruntuhkan lini pertahanan Prancis.

Messi dan Di Maria, menjadi mimpi buruk bagi Tim Prancis. Kedua pemain ini, masing-masing mencetak satu gol dan berhasil mengantarkan Argentina menjadi juara Piala Dunia 2022.

Sebelum kick-off dimulai, Prancis dalam kondisi tidak kondusif. Oliver Giroud diragukan tampil karena ada masalah di lututnya, dan kejadian aneh sempat menerpa skuad Prancis, setidaknya ada 5 pemain Prancis yang terserang virus flu "unta", kelima pemain tersebut adalah Aurelien Tchouameni, Raphael Varane, Theo Hernandez, Kingsley Coman, dan Ibrahima Konate.

Jika melihat permainan Prancis di sepanjang 90 menit laga final, sepertinya memang ada masalah di skuad tim Ayam Jantan. Prancis bermain tak seperti biasanya, semua pemain seperti kebingungan harus berbuat apa dilapangan.


Bahkan dibabak pertama, tim Prancis tak mampu membuat satu ancaman pun ke gawang Emiliano Martinez. "Taktik bunglon" ala Shin Tae-yong, ditiru oleh pelatih Argentina, Lionel Scaloni. Taktik ini berjalan lancar dan membuat pelatih Prancis, Didier Deschamps terkena prank.

Siapa yang mengira jika Angel Di Maria, yang jarang dimainkan oleh Scaloni, akan dimainkan sejak menit awal. Alih-alih mempertahankan the winning team, Scaloni membuat perubahan taktik jitu, dengan memainkan Di Maria dan mencadangkan Leandro Paredes.

Taktik ini tak terbaca oleh Deschamps, mantan pemain Juventus tersebut mengira, jika Argentina akan bermain pragmatis dan menunggu lawan untuk menyerang seperti laga semifinal saat tim Tango melawan Kroasia.

Sehingga Deschamps memainkan seluruh pemain intinya, turun dengan kekuatan full team dan siap menyerang lini pertahanan Argentina. Kehadiran Di Maria, mengagetkan lini pertahanan Prancis. Tim Ayam Jantan sepertinya tidak siap, dengan serangan sporadic Argentina dimenit-menit awal. Tekanan dan pressing ketat lini tengah Argentina, membuat permainan Prancis tidak berkembang.

Argentina pun dibuat nyaman saat bermain dilaga final, Messi mampu mencetak gol melalui titik putih dimenit ke-23. Hukuman penalti ini diberikan Argentina, setelah Di Maria dilanggar Ousmane Dembele. Wasit asal Polandia, Szymon Marciniak, menunjuk titik putih. Dengan sangat tenang Messi berhasil mengelabui Hugo Llroris, gol ini membawa Argentina untuk sementara unggul dengan skor 1-0.

Argentina kembali unggul dengan skor 2-0, setelah Angel Di Maria, mencetak gol dimenit ke-36, lewat skema serangan balik. Serangan cepat Argentina yang melibatkan Messi, Alvarez dan MacAllister, diselesaikan dengan cantik oleh Di Maria.

Sayangnya, keputusan blunder dilakukan oleh Scaloni, Di Maria ditariknya keluar dan digantikan Marcos Acuna. Sejak Di Maria diganti, intensitas serangan Argentina mulai berkurang.

Hal ini dimanfaatkan Prancis untuk bangkit dibabak kedua. Perjudian Deschamps kali ini berbuah manis, dengan memasukkan Marcus Thuram dan Kolo Muani, untuk menggantikan Oliver Giroud dan Dembele. Taktik brilian seorang Deschamps dalam melakukan pergantian pemain, langsung dibayar lunas untuk menutupi kesalahan taktiknya dibabak pertama.

Kolo Muani dan Marcus Thuram berperan penting terciptanya dua gol Prancis yang dicetak Kylian Mbappe. Akselerasi Kolo Muani di kotak penalti Argentina, membuat Otamendi terpaksa melanggar Kolo Muani.

Tepat dimenit ke-80, Mbappe sukses memperkecil kedudukan menjadi 1-2, setelah eksekusi penaltinya gagal dihalau oleh Emiliano Martinez.

Tak butuh waktu lama, selang satu menit kemudian umpan manis Marcus Thuram diselesaikan lewat tendangan first time Kylian Mbappe. Tendangan "geledek" Mbappe merobek jala gawang Argentina. Prancis mampu menyamakan skor dengan skor 2-2.

Setelah itu laga lebih dikuasai oleh Prancis, hingga menit 90 selesai. Laga pun berlanjut ke babak perpanjangan waktu.

Pada babak pertama perpanjangan waktu, Argentina lebih sering melakukan serangan. Lautaro Martinez dan Gonzalo Montiel mendapatkan peluang emas, untuk membawa Argentina unggul. Sayangnya, upaya meraka masih gagal. Sehingga laga hingga 105 menit, masih bertahan imbang dengan skor 2-2.

Upaya Lionel Messi dan Argentina tak sia-sia, akhirnya gol yang ditunggu Messi datang dimenit ke-108, lolos dari jebakan offside, Lautaro Martinez menusuk ke kotak penalti Prancis dan melepaskan tembakan yang berbuah rebound bagi Messi. Sontekan Messi membawa Argentina kembali unggul 3-2.

Sepertinya laga akan dimenangi Argentina, namun keberuntungan berpihak kepada tim asuhan Didier Deschamps. Lebih banyak menunggu selama babak perpanjangan waktu, Prancis dapat durian runtuh, setelah Gonzalo Montiel melakukan handball ketika menghalau tembakan keras Mbappe.

Wasit pun tanpa ragu menunjuk titik putih, eksekusi penalti kedua Mbappe kembali sukses, ia mencetak hattrick dalam laga final. Skor pun berubah jadi 3-3.

Di sisa laga Marcus Thuram dan Lautaro Martinez hampir saja mencetak gol kemenangan, sayangnya upaya keduanya masih gagal. Sepakan "99 persen gol" Thuram dihalau dengan kaki Emiliano Martinez dan sundulan Martinez masih melenceng. Laga pun dilanjutkan ke babak adu penalti. Momen inilah yang akhirnya jadi kunci penting kemenangan Argentina atas Prancis.

Argentina akhirnya memenangi drama tos-tosan setelah mengalahkan Prancis dengan skor 4-2. Kegagalan dua penendang penalti Prancis, Kingsley Coman dan Aurelien Tchouameni menjadi penyebab kekalahan Prancis.

Gonzalo Montiel menjadi penentu kemenangan Argentina, setelah tendangan penaltinya gagal diantisipasi Hugo Lloris.

Kegembiraan skuad dan suporter Argentina menggema di Stadion Lusail Iconic. Rumput hijau Stadion Lusail Iconic, menjadi saksi bagi Lionel Messi untuk memenangi Piala Dunia untuk pertama kalinya.

Gelar pertama untuk Messi dan gelar ketiga untuk timnas Argentina. Tim Tango memenangi laga penuh drama, kejar-kejaran gol dan unggul ditikungan akhir. Sepertinya semesta memberikan restu kepada Messi untuk memenangi gelar Piala Dunia untuk pertama kalinya.

Selamat untuk Lionel Messi dan Argentina. Akhirnya Messi berjodoh dengan gelar juara Piala Dunia dan kepingan puzzle terakhir telah Messi dapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun