Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dear Timnas Garuda U-22, Please Jangan PHP-in Pecinta Sepak Bola Tanah Air (Lagi)

10 Desember 2019   02:42 Diperbarui: 10 Desember 2019   04:15 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Starting eleven skuad Garuda Muda pada laga semifinal SEA Games 2019 antara timnas U23 Indonesia vs Myanmar di Stadion Rizal Memorial, Filipina, Sabtu 7 Desember 2019.(KOMPAS.COM/GARRY LOTULUNG)

Cerita PHP yang kedua, ketika final Piala AFF 2010, rasanya akan menjadi pertandingan Timnas Indonesia yang sulit dilupakan oleh pecinta sepakbola tanah air. Saat itu, adalah momen terbaik Timnas Indonesia untuk jadi juara Piala AFF untuk pertama kalinya. Berbekal hasil manis selama babak penyisihan hingga semifinal, Timnas Indonesia menatap final melawan Malaysia, di babak penyisihan Malaysia dibantai dengan skor 5-1. Tentu laga final ini akan berjalan mudah, bagi Timnas Indonesia, tetapi insiden gagalnya Maman Abdurrahman dalam menjaga bola di pertahanan Indonesia dan momen laser, menjadi awal petaka kekalahan timnas Indonesia. Kalah 0-3 di Malaysia dan hanya Menang 2-1 saat bermain di kandang, membuyarkan impian untuk mengangkat Piala AFF pertama kalinya.

Cerita PHP yang ketiga, Final Sea Games 2011 ketika Indonesia menjadi tuan rumah. Pada Sea Games 2011, ketika Indonesia bertindak sebagai tuan rumah digadang-gadang bakal meraih medali emas. Kala itu, Rahmad Darmawan mempunyai skuad yang berkualitas, mungkin setelah era Sea Games 1991 skuad Sea Games 2011 adalah skuad terbaik yang pernah dimiliki oleh Timnas Indonesia selama event Sea Games. Skuad kala itu sangat mumpuni, ada Kurnia Meiga, Gunawan Dwi Cahyo, Diego Michiels, Abdulrahman, Oktovianus Maniani, Ferdinand Sinaga, Titus Bonai, Patrich Wanggai, dan Andik Vermansah. Laju impresif skuad asuhan Rahmad Darmawan harus terhenti di babak final, karena kalah adu penalti dari Malaysia dengan skor 3-4, setelah sebelumnya skor bertahan 1-1 hingga babak perpanjangan waktu. Permainan menyerang yang ditunjukkan skuad Sea Games 2011 harus diakhiri dengan raihan medali perak.

PHP yang keempat, saat babak semifinal Sea Games 2017. Pelatih Luis Milla membawa perubahan bagi permainan Timnas Indonesia saat itu. Permainan ala tiki-taka Timnas Spanyol coba diperagakan oleh sekumpulan pemain muda Indonesia di Sea Games 2017. Permainan apik yang diperlihatkan oleh Evan Dimas dkk, selama babak penyisihan memberikan harapan baru kepada Timnas Indonesia untuk menyudahi dahaga medali emas. Namun sayang sekali, penguasaan bola yang dominan dan banyaknya peluang emas yang diperoleh pemain Timnas Indonesia belum cukup untuk menahan laju Malaysia. Satu gol, dari sundulan pemain Malaysia Thanabalan di menit ke-87 memupus harapan Timnas Indonesia. Kekalahan 0-1 dari Malaysia menghentikan laju Indonesia di babak Semifinal.

Saatnya mengakhiri rasa PHP dengan medali emas 

Saat ini, skuad asuhan Indra Sjafri mempunyai peluang untuk mengakhiri rasa PHP, bagi pecinta sepakbola tanah air. Final Sea Games 2019 melawan Vietnam, menjadi pertaruhan terakhir bagi skuad Garuda untuk mengakhiri rasa dahaga selama 28 tahun. Jika skuad Timnas Indonesia saat ini, masih gagal meraih medali emas, penulis tidak tahu lagi kapan Timnas Indonesia akan dapat mewujudkannya. Momentum yang sudah di depan mata ini, harus dimanfaatkan secara baik oleh Andi Setyo dkk.

Pertandingan final Sea Games 2019 akan berjalan menarik, karena kedua negara sama-sama mendambakan medali emas dari cabang olahraga sepakbola, yang telah lama tidak mereka raih. Pertemuan pada babak penyisihan saat Indonesia kalah 1-2, berjalan sangat seimbang dan menarik. Gol di menit-menit akhir dari Vietnam, memberi pelajaran yang sangat berharga bagi skuad merah-putih. Saat final nanti, Indonesia tidak boleh lengah sedikit pun, karena Vietnam sewaktu-waktu akan memanfaatkan kelengahan para pemain Timnas Indonesia.

Kelengahan dan menyepelekan lawan masih menjadi "penyakit", bagi Timnas Indonesia selama ini, baik di level junior maupun senior. Kesalahan Nadeo Argawinata dan Zulfiandi, yang memberikan dua gol mudah bagi Myanmar dalam tempo dua menit tidak boleh terulang di babak final.

Secara materi pemain dan permainan, Timnas Garuda U-22 dan Vietnam mempunyai kualitas yang sama. Kerja keras dan semangat pantang menyerah dalam meladeni permainan keras Vietnam harus ditampilkan para pemain Timnas Indonesia. Hal ini yang akan menentukan hasil akhir laga final nantinya, serta berharap dewi fortuna menaungi keberuntungan skuad Garuda. Sehingga medali emas dapat diraih oleh Timnas Indonesia.

3 alasan kuat Indonesia raih medali emas Sea Games 2019

Pelatih Indra Sjafri, sudah mempunyai pola dan skema strategi untuk mengalahkan Vietnam, jatuh dalam lubang yang sama tentu akan dihindari skuad Garuda. Pecinta sepakbola tanah air, berharap PHP ini akan segera diakhiri karena ada 3 alasan kuat Timnas Garuda U-22 dapat meraih medali emas.

Alasan pertama, saat meraih medali emas Sea Games 1987. Timnas Indonesia kala itu, mengalahkan Myanmar di babak Semifinal. Kala itu, Indonesia lolos ke babak semifinal sebagai runner up grup B, dan Myanmar sebagai juara grup A. Di babak Semifinal Indonesia mengalahkan Myanmar dengan skor 4-1. Kejadian yang sama juga terjadi di Sea Games 2019 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun