Mohon tunggu...
Sonti Soraya Sinaga
Sonti Soraya Sinaga Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

a full time officer, sometimes a traveller

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jatuh Cinta di Sumatera Barat

20 April 2016   13:45 Diperbarui: 21 April 2016   08:31 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangunan museum itu merupakan bekas stasiun utama Sawahlunto yang tak aktif lagi. Katanya memang jalur kereta api di Sumatera Barat tidak aktif seperti dulu. 

Kalau saya tidak salah ingat, jalur kereta yang aktif di Sumatera Barat hanya melayani rute Padang-Pariaman, dikarenakan topografi Sumatera Barat yang berbukit, sehingga dibutuhkan biaya maintenance yang cukup besar untuk merawat jalur kereta api yang dibuat dengan jembatan dan melewati terowongan.

Katanya, di Indonesia hanya ada 2 museum kereta api, yaitu di Ambarawa (Jawa Tengah) dan Sawahlunto ini. Saya jadi merasa cukup beruntung karena pernah mengunjungi keduanya. 

Yang paling terkenal dari museum kereta api di Sawahlunto ini adalah Mak Itam, sebutan untuk lokomotif uap tua peninggalan Belanda. Sayangnya hari itu Mak Itam sedang diperbaiki di bengkel, jadi tak bisa dilihat dan dimasuki, padahal biasanya Mak Itam adalah spot favorit para pengunjung museum karena bentuknya yang antik dan klasik.

[caption caption="Di depan museum kereta api Sawahlunto"]

[/caption]Konon katanya, Sawahlunto adalah kota penjajahan utama Belanda, karena kekayaan alamnya, yaitu batubara. Masih menurut penjaga museum tersebut, batubara terbaik ada di Sawahlunto ini, sehingga Belanda membuka lubang tambang batubara pertama di situ. 

Dulu di Sawahlunto ada banyak sekali pertambangan batubara, sehingga bupati terdahulunya membuat Sawahlunto sebagai tujuan wisata tambang, sehingga ada museum kereta api ini dan museum gudang ransum yang merupakan peninggalan perusahaan batubara milik Belanda di masa lalu. Unik juga, tapi sayangnya program ini tidak dilanjutkan oleh bupati selanjutnya.

Kunjungan singkat saya di museum itu diakhiri dengan membeli souvenir berupa potongan batubara yang kecil bertuliskan Sawahlunto. Saya melihat potongan batubara itu berwarna hitam pekat dan berkilat ketika ada cahaya. Saya tidak pernah melihat batubara sehitam itu sebelumnya. Mungkin benar adanya cerita penjaga museum tersebut.

Dan pagi itu saya kembali berjalan kaki ke hotel sambil melihat banyak bangunan ruko tua peninggalan Belanda yang masih dirawat dengan baik hingga saat ini. Seorang teman berkata, Sawahlunto adalah kota tua yang kecil yang pernah jadi kota termahal di Indonesia karena jadi pusat tambang batubara yang berkualitas nomor satu.

Sekitar pukul setengah 10 saya melanjutkan perjalanan ke sebuah tambang batubara bawah tanah. Di sana saya menemukan batubara yang sangat hitam, mirip seperti souvenir yang saya beli di museum sebelumnya. Bagus sekali kelihatannya, jadi saya membawa sepotong kecil batubara dari lokasi tersebut sebagai kenang-kenangan.

Batu Sangkar

Siang hari setelah kunjungan singkat di Sawahlunto saya melanjutkan perjalanan ke Batu Sangkar. Yang paling terkenal di daerah ini adalah Istana Baso Pagaruyung, yaitu istana berbentuk rumah adat khas Minangkabau, Rumah Gadang. Saya kagum dengan bentuk istana ini, detil ukiran di setiap sisi dinding dan atapnya bagus sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun