Untuk penjual, siapa yang mau barangnya di return oleh konsumen? Tidak ada yang mau, bukan? Sebenarnya ada 2 kemungkinan kenapa barang yang sudah konsumen beli di return. Yang pertama adalah karena kesalahan manufacturing atau defect produk. Dimana penjual tidak bisa berbuat banyak kecuali melakukan reporting terhadap pihak terkait. Yang kedua adalah karena ketidakcocokan konsumen dengan barang yang dibeli. Misalnya, warnanya tidak sesuai dengan ekspektasi, ukuran kebesaran, dan lain sebagainya.
Teknologi augmented reality datang untuk membantu e-commerce mengatasi masalah yang kedua. Dimana ketidakcocokan konsumen terhadap barang yang dibeli. Dengan kemampuan menampilkan barang dengan warna dan ukuran aktual pada kondisi lingkungan sekitar, konsumen akan memiliki ekspektasi yang lebih terarah terhadap barang yang mereka beli.
2. Meningkatkan level kepuasan pelanggan
Kok bisa? Coba lihat beberapa review pengguna aplikasi Dulux visualizer & IKEA Place (bukan sponsorship / endorsement, ini murni untuk pembelajaran) berikut ini:
3. Mengoptimalkan profit perusahaan
Ada 3 drivers yang memicu peningkatan profit, jika perusahaan mengimplementasikan teknologi augmented reality pada e-commerce.
Customer / User Retention
Makanan apa itu? Hehehehe. Jadi begini, customer / user retention merupakan istilah yang dipakai untuk mengukur lama sedikit nya waktu user menggunakan platform e-commerce. Semakin lama user dalam menggunakan platform e-commerce, maka akan semakin banyak produk yang bisa ditawarkan kepada user. Nah, Teknologi augmented reality dinilai mampu meningkatkan customer / user retention platform e-commerce. Jika, konsumen mencari baju, maka konsumen akan memiliki tendensi untuk mencari celana yang cocok. Mungkin juga topi, atau aksesoris lainnya. Nah, teknologi augmented reality tidak bisa bekerja sendirian. Harus ada teknologi pendukung lainnya. Pembahasan perihal teknologi apa saja yang bisa mendukung implementasi teknologi augmented reality pada e-commerce akan dibahas nanti ya.