Mohon tunggu...
SoftwareSeni Indonesia
SoftwareSeni Indonesia Mohon Tunggu... Programmer - Software House

A fast-growing Software House company with 100+ clients around the world.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Pilih-pilih Belanjaan Lewat Teknologi Augmented Reality

23 Oktober 2019   14:22 Diperbarui: 23 Oktober 2019   14:42 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang, inovasi terhadap website/mobile apps e-commerce semakin gencar. Untuk apa? Agar kamu tidak bosan dalam menggunakan platform website / mobile apps e-commerce. Memberikan suatu hal yang baru untuk meningkatkan "excitement" para konsumen itu penting. Bayangkan saja jika "rasa" yang diberikan website / mobile apps e-commerce sama dalam kurun waktu yang cukup lama. Bosan? Mencari platform website / mobile apps e-commerce yang lain? Tentu hal tersebut sangat dihindari para pemilik platform website / mobile apps e-commerce, bukan? 

Yang paling ramai diperbincangkan akhir-akhir ini yaitu teknologi augmented reality pada e-commerce. Kenapa teknologi augmented reality? Pada pengembangan e-commerce yang sudah-sudah, pengembangan hanya dilakukan pada sektor e-payment dan logistic. Sektor e-payment dimana menghadirkan fitur pembayaran online yang memudahkan konsumen dalam bertransaksi. Bahkan, ada e-commerce yang menyediakan fitur cicilan guna menjangkau konsumen yang lebih luas lagi. 

Selain itu, logistic yang merupakan "challenge" terbesar bagi e-commerce, semakin dipoles agar value chain dapat dipangkas, sedikit demi sedikit. Mulai dari one delivery services, hingga bekerja sama dengan ojek online sebagai mitra antar jemput barang sudah semakin menjangkau masyarakat luas. 

Meskipun demikian, ada satu lobang yang cukup besar bagi platform e-commerce yang belum mampu menandingi kehebatan offline store. Ketika kamu membeli baju di toko, apa yang akan kamu lakukan? Masuk kamar pas dan mencoba baju yang sekiranya menarik, bukan? Bagaimana jika kamu membeli baju di online shop? Seperti membeli kucing dalam karung, ya? Cocok tidak, ya? Kekecilan tidak, ya? Dan sebagainya. 

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi

Beruntung jika yang kamu beli cocok dan pas dengan selera kamu. Jika, tidak? Melakukan return barang? Ya itupun jika e-commerce tersebut memberikan aturan return. Jika tidak? Tentu hal ini mengurangi kepuasan kamu dalam berbelanja online, bukan? 

Nah, dengan hadirnya teknologi augmented reality pada e-commerce dipercaya dapat hadir sebagai solusi dari masalah tersebut. Teknologi augmented reality merupakan implementasi teknologi audio visual dengan basis lingkungan sekitar kamu. Ribet, ya? Coba ambil contoh dari game Pokemon Go, ya. Ketika kamu mau menangkap Pokemon, kamera ponselmu akan diaktifkan. Nah, akan ada kombinasi visualisasi pokemon dengan gambar yang ditampilkan kamera. Kurang lebih seperti itu. 

Teknologi augmented reality pada e-commerce itu sendiri diimplementasikan mirip seperti Pokemon Go. Yang membedakan hanyalah "pokemon" diganti dengan "barang yang dijual e-commerce". Dengan demikian, konsumen akan tahu seperti apa ukuran / warna suatu barang yang akan mereka beli. 

E-commerce yang mengawali inisiasi untuk menawarkan teknologi augmented reality kepada konsumen adalah perusahaan cat Dulux. Dengan aplikasi Dulux visualizer nya, Dulux memberikan fleksibilitas bagi konsumen yang ingin "mencoba" warna cat yang mereka inginkan tanpa harus membeli cat terlebih dahulu. Sangat memanjakan konsumen, bukan? Selain Dulux, ada juga perusahaan IKEA dengan aplikasi IKEA Place. Konsumen bisa mencoba seberapa lebar sofa yang akan mereka beli, sebesar apa meja belajar yang akan mereka beli, dan lain sebagainya. Hal ini tentu akan menghindarkan konsumen dari kondisi "yah, ruangannya tidak cukup." 

Sebenarnya, untuk apa sih perusahaan mau bersusah payah mengimplementasikan teknologi Augmented Reality dengan membuat website / mobile apps yang terintegrasi? 

1. Mengurangi return barang setelah pembelian

Untuk penjual, siapa yang mau barangnya di return oleh konsumen? Tidak ada yang mau, bukan? Sebenarnya ada 2 kemungkinan kenapa barang yang sudah konsumen beli di return. Yang pertama adalah karena kesalahan manufacturing atau defect produk. Dimana penjual tidak bisa berbuat banyak kecuali melakukan reporting terhadap pihak terkait. Yang kedua adalah karena ketidakcocokan konsumen dengan barang yang dibeli. Misalnya, warnanya tidak sesuai dengan ekspektasi, ukuran kebesaran, dan lain sebagainya.

Teknologi augmented reality datang untuk membantu e-commerce mengatasi masalah yang kedua. Dimana ketidakcocokan konsumen terhadap barang yang dibeli. Dengan kemampuan menampilkan barang dengan warna dan ukuran aktual pada kondisi lingkungan sekitar, konsumen akan memiliki ekspektasi yang lebih terarah terhadap barang yang mereka beli.

2. Meningkatkan level kepuasan pelanggan

Kok bisa? Coba lihat beberapa review pengguna aplikasi Dulux visualizer & IKEA Place (bukan sponsorship / endorsement, ini murni untuk pembelajaran) berikut ini:

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi
Bagaimana? Tertarik untuk membuat aplikasi dengan fitur teknologi augmented reality?

3. Mengoptimalkan profit perusahaan

Ada 3 drivers yang memicu peningkatan profit, jika perusahaan mengimplementasikan teknologi augmented reality pada e-commerce.

  • Customer / User Retention

Makanan apa itu? Hehehehe. Jadi begini, customer / user retention merupakan istilah yang dipakai untuk mengukur lama sedikit nya waktu user menggunakan platform e-commerce. Semakin lama user dalam menggunakan platform e-commerce, maka akan semakin banyak produk yang bisa ditawarkan kepada user. Nah, Teknologi augmented reality dinilai mampu meningkatkan customer / user retention platform e-commerce. Jika, konsumen mencari baju, maka konsumen akan memiliki tendensi untuk mencari celana yang cocok. Mungkin juga topi, atau aksesoris lainnya. Nah, teknologi augmented reality tidak bisa bekerja sendirian. Harus ada teknologi pendukung lainnya. Pembahasan perihal teknologi apa saja yang bisa mendukung implementasi teknologi augmented reality pada e-commerce akan dibahas nanti ya.

  • Lifetime customer value

Jika implementasi teknologi augmented reality pada e-commerce berhasil, bayangkan berapa banyak pembelian yang akan terjadi dalam platform e-commerce selama 1 hari, 1 bulan, 1 tahun setiap user? Belum lagi ditambah "penawaran" yang dilakukan ketika konsumen tertarik terhadap suatu benda. Itu baru 1 user, bagaimana dengan 10 user, 100 user, atau bahkan 1000 user? 

  • Recommendation

Apa yang akan kamu lakukan jika mendapatkan pengalaman menarik ketika membeli suatu barang? Cerita? Atau kamu simpan sendiri? Nyatanya, manusia memiliki tendensi untuk berbagi cerita mengenai pengalaman unik yang pernah mereka alami. Membangun "excitement" dengan teknologi augmented reality mampu meningkatkan keinginan konsumen dalam membeli barang hingga 11 kali jika dibandingkan dengan e-commerce tanpa teknologi tersebut. 

Tentu hal ini menunjukan bahwa memberikan pengalaman yang berbeda akan menarik konsumen untuk berlama-lama pada platform e-commerce. Selain itu, akan ada kecenderungan konsumen berbagi cerita mengenai pengalamannya berbelanja kepada orang-orang disekitar mereka. Jika teknologi augmented reality dapat membangun rasa "excitement" konsumen, maka ada peluang bahwa konsumen tersebut akan membawa orang lain untuk merasakan "excitement" tersebut. Dengan demikian, new user acquisition akan terbentuk dan akan menciptakan funnel bagi penjualan yang baru. Menarik, ya?

Pada paragraf sebelumnya pernah disinggung, bahwa teknologi augmented reality itu tidak bisa sukses dengan sendirinya. Ada beberapa teknologi yang turut mendukung platform e-commerce agar tidak hilang "pesona" nya.

1. Teknologi Artificial Intelligence

Untuk apa?

  • Mengintegrasikan antara pola belanja user & teknologi AR

  • Membaca kebiasaan user ketika bermain dengan teknologi AR

  • Menganalisis data untuk memunculkan rekomendasi produk untuk dicoba

  • Dan masih banyak lagi

2. Big data
Data / informasi dari platform e-commerce saja sudah banyak. Apalagi jika disuntik teknologi augmented reality? Jelas tambah banyak. Nah, itulah mengapa teknologi Big Data sangat diperlukan.

Jadi, dengan semakin menjamurnya platform e-commerce di Indonesia, inovasi untuk memberikan rasa "excitement" pada konsumen adalah suatu hal krusial. Tanpa memberikan kesan "lebih" dalam menggunakan suatu platform e-commerce, tentu akan mudah bagi konsumen mencari platform e-commerce yang bisa memberikan kesan "lebih". Nah, kehadiran teknologi augmented reality pada e-commerce dinilai dapat memberikan rasa "excitement" bagi konsumen. Bagaimana cara platform e-commerce mu memberikan rasa "excitement" pada konsumen? Ceritakan di kolom komentar, ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun