Kecemasan adalah salah satu tantangan besar dalam dunia anak, baik ketika mereka harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit maupun saat menghadapi tekanan belajar di sekolah. Respons emosional ini jika tidak ditangani secara tepat dapat mengganggu proses tumbuh kembang serta kestabilan psikologis anak. Salah satu pendekatan non-obat yang kini banyak dilirik adalah Brain Gym atau senam otak serangkaian gerakan sederhana namun terstruktur yang bertujuan untuk menyeimbangkan kerja otak dan menurunkan ketegangan emosi.
Landasan Teoretis dan Kajian Terdahulu
Brain Gym diperkenalkan oleh Paul dan Gail Dennison sebagai metode untuk mengintegrasikan fungsi motorik, emosional, dan kognitif melalui gerakan tubuh yang disinkronkan. Gerakan seperti Earth Button, Balance Button, dan Thinking Cap dirancang untuk merangsang kedua belahan otak dan memfasilitasi relaksasi tubuh serta peningkatan fokus1.
Dalam penelitian yang dilakukan di RSUD Ungaran, intervensi Brain Gym diberikan kepada 16 anak prasekolah yang sedang menjalani rawat inap. Hasilnya menunjukkan penurunan kecemasan yang signifikan dibanding kelompok kontrol, dengan rata-rata perbedaan skor kecemasan sebesar 8,37 poin (p < 0,05)2.
Sementara itu, karya tulis ilmiah oleh Indra Pramudianto meneliti seorang anak usia 10 tahun yang mengalami kecemasan belajar. Dengan pemberian Brain Gym selama 14 hari berturut-turut, kecemasan anak tersebut menurun berdasarkan pengukuran Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Gerakan seperti Burung Hantu, Pasang Kuda-Kuda, dan Luncuran Gravitasi digunakan secara terstruktur dalam sesi selama 25 menit3.
Aplikasi Brain Gym dalam Konteks Nyata
Latihan Brain Gym bisa dilakukan di berbagai tempat kelas, rumah, maupun bangsal rumah sakit. Selain mudah diajarkan, gerakannya menyenangkan dan menyerupai permainan. Beberapa contoh aplikatif yang digunakan antara lain:
Burung Hantu Meredakan ketegangan di bahu dan leher, meningkatkan sirkulasi darah ke kepala.
Lambaian Kaki dan Pasang Kuda-Kuda Melatih koordinasi motorik kasar serta membantu tubuh merasa lebih stabil.
Luncuran Gravitasi: Mengaktifkan sistem saraf parasimpatik untuk relaksasi menyeluruh.
Dengan durasi 15--25 menit, latihan ini cukup efektif sebagai bagian dari intervensi keperawatan atau aktivitas pengantar belajar anak.
Implikasi Praktis
Hasil gabungan kedua studi memperlihatkan bahwa Brain Gym:
Mengurangi kecemasan akibat rawat inap maupun tekanan belajar.
Meningkatkan kualitas interaksi sosial dan kemampuan konsentrasi.
Memberikan rasa kontrol emosional tanpa perlu obat atau alat khusus.
Dari sudut pandang keperawatan dan pendidikan, Brain Gym adalah pilihan logis dan aplikatif terjangkau, mudah diajarkan, dan menyenangkan bagi anak.
Kesimpulan
Di tengah meningkatnya tekanan psikologis pada anak, baik di rumah sakit maupun di lingkungan belajar, Brain Gym hadir sebagai solusi nonfarmakologis yang efektif dan praktis. Gerakan sederhana ini tidak hanya menurunkan kecemasan, tetapi juga memperkuat hubungan tubuh dan pikiran anak. Melalui penerapan yang konsisten, baik tenaga kesehatan, pendidik, maupun orang tua dapat menciptakan ruang yang lebih tenang, fokus, dan sehat secara emosional bagi generasi muda.
Sumber:
Dennison, P.E. & Dennison, G.E. (2002). Brain Gym: Simple Activities for Whole Brain Learning. Ventura: Edu-Kinesthetics Inc.
Eka Adimayanti, Siti Haryani, Ana Puji Astuti. (2019). Pengaruh Brain Gym terhadap Kecemasan Anak Pra Sekolah yang Dirawat Inap di RSUD Ungaran. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, Vol. 8 No. 1, Maret 2019.
Indra Pramudianto. (2022). Aplikasi Brain Gym terhadap Kecemasan pada Anak Usia Sekolah 10 Tahun. Karya Tulis Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Magelang.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI