Hujan di Bulan Oktober
Karya: Opan Semesta
Ketika langit tak lagi menunjukkan bentangannya nan biru, berselubung awan bergumpal hitam bergantung teguh
saat Oktober datang dengan langkah sendu
hujan turun satu-satu, seperti rasarindu yang tak diungkap karena malu
seolah mengetuk jendela yang berbingkai damai, mengenang episode masa lalu
di atas sejuknya embun pagi bersemayam, ada wajah yang tak lagi kutemu
hingga hilang bersama waktu yang membeku,
Angin menyisir dedaunan pada pohon-pohon berdiri diam
seolah membisikan cerita yang tak selesai dalam seribusatumalam
aku menyepi diri di lorong lembabbasah, Â memeluk diam
mencari jejak-jejak bersimpul yang tertanam sedalam
atas namacinta yang takkan berubah menjadi makna salam,
Oktober kini, aku tetap memilihdiam, dan tak kan berteriak
menyimpan sekotaklara dalam gerimis asa yang bijak
setiap tetesnya kubuat menjadi bait puisipadu, utuhtakretak
tentang harapan yang tak sempat dirangkai lengkap
kepada penduduk langit, aku tetao bertanya dengan suara yang meski tak layak
adakah yang mengerti diri yang tak diungkap?
Kini malam menghantar dawai rindu dengan irama perlahan
mengalunkan nada pada lembaran-lembaran bertulis untaian kenangan, di bulan ini, bulan Oktober yang bertahta gagah mengokohkan
Pada pintu rumah tua itu, aku duduk menikmati bunyi gemericik hujan, membiarkan waktu berlalu, menghapus jejak laku  tertahan,
Bagiku, Oktober tetaplah hujan, tetap sunyi, tetap memenjara angan dan aku tetap sendiri, bersama puisi yang tak selesai dituliskan,
#Padahatibergejolak #Pojokmejakerja @Medio,100925 22:26
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI