Manusia dipandang sebagai makhluk yang paling mulia di antara ciptaan Allah dalam ajaran Islam. Keistimewaan manusia terletak pada asal penciptaannya, kemampuan berpikir, serta peran dan tanggung jawab yang diemban di muka bumi. Al-Qur'an secara jelas menggambarkan bahwa penciptaan manusia bukan tanpa tujuan, melainkan sebagai bagian dari skenario Ilahi yang agung.
1. Konsep dan Ciri Hakikat Manusia
Manusia diciptakan dari sari pati tanah melalui proses yang bertahap: dari nutfah (air mani), menjadi alaqah (segumpal darah), kemudian mudghah (segumpal daging), hingga akhirnya menjadi makhluk hidup yang lengkap secara fisik dan spiritual. Berbeda dengan makhluk lainnya seperti malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu atau jin yang tercipta dari api, manusia memiliki akal dan kehendak bebas. Ciri khas ini menjadikan manusia mampu membedakan yang baik dan buruk, serta bertanggung jawab atas segala tindakannya.
 2. Tujuan Penciptaan Manusia
Allah SWT menciptakan manusia bukan sekadar untuk menghuni bumi, melainkan untuk menyembah dan mengabdi kepada-Nya sebagaimana yang ditegaskan dalam Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56. Dalam Islam, manusia juga disebut dengan beberapa istilah: al-insan (makhluk berpikir), al-basyar (makhluk biologis), bani Adam (keturunan Adam), dan khalifah (pemimpin di bumi). Masing-masing nama tersebut mencerminkan peran dan fungsi manusia dalam kehidupan spiritual dan sosial.
3. Martabat dan Eksistensi Manusia
Martabat manusia ditentukan oleh kualitas spiritual dan amal salehnya, bukan semata-mata oleh status sosial. Dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 107, ditegaskan bahwa kehadiran manusia membawa rahmat bagi semesta. Sementara dalam Q.S. An-Nahl ayat 97, disebutkan bahwa amal saleh adalah investasi abadi yang membawa keberuntungan di dunia dan akhirat. Dalam skala keluarga, manusia bertanggung jawab menciptakan keluarga yang sakinah (tenang), mawaddah (penuh cinta), dan rahmah (kasih sayang). Di tengah masyarakat, manusia harus membawa keberkahan. Sedangkan dalam skala bangsa dan global, manusia harus menjadi agen kebaikan dan penjaga moralitas dunia.
4. Tanggung Jawab Manusia
Islam menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang dipilih Allah untuk mengelola dan memelihara bumi. Hal ini bukan sekadar mandat fisik, tetapi juga spiritual dan sosial. Tanggung jawab manusia mencakup empat aspek utama: terhadap Allah SWT, terhadap dirinya sendiri, terhadap keluarga, dan terhadap masyarakat. Kesadaran akan tanggung jawab ini menjadi indikator kedewasaan dan kemuliaan seseorang.
5. Sifat Dasar Manusia Menurut Al-Qur'an dan Hadis
Al-Qur'an dan hadis menggambarkan manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat dualistik---baik dan buruk. Di satu sisi, manusia bisa menjadi pintar, bijak, dan berdaya cipta. Namun di sisi lain, manusia juga mudah lalai, tergesa-gesa, sombong, dan tidak bersyukur. Q.S. Al-Baqarah ayat 206 menunjukkan bahwa kesombongan bisa mengantarkan manusia ke dalam kesesatan. Q.S. Hud ayat 9 menggambarkan kecenderungan manusia yang mudah berputus asa jika menghadapi cobaan. Hadis Nabi juga mengingatkan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada fisik, melainkan pada kemampuan mengendalikan emosi, khususnya amarah.
Kesimpulan
Dalam kerangka Islam manusia bukan sekadar makhluk biologis, melainkan makhluk spiritual yang diberi akal, tanggung jawab, dan kebebasan memilih. Kehidupan manusia adalah perjalanan untuk mendekat kepada Allah dengan cara menjalankan tugas sebagai hamba dan khalifah. Oleh karena itu, memahami hakikat manusia menurut Islam adalah kunci untuk menjalani hidup yang bermakna, bertanggung jawab, dan penuh keberkahan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI