Mohon tunggu...
Sofiandy Zakaria
Sofiandy Zakaria Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan PNS Badan Pengembangan SDM Dep. KIMPRASWIL/ Dep. PU. Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP-UMJ 1989-2022. Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta 2007-2022

Menulis ,Olah raga berenang dan jalan kaki

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lidah Mertua, Lidah Anak, atau Lidah Menantu?

28 Mei 2022   12:30 Diperbarui: 4 Juni 2022   15:14 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama keluarga dan cucu Erick Doyle  / Dok : Pribadi

Tidak ada keluarga yang tidak punya masalah. Manusia normal tidak ada yang luput dari persoalan hidupnya. Kesulitan atau kesusahan, bahkan kebahagiaan hidup manusia adalah anugrah Tuhan agar manusia berpikir, merasakan dan bertindak untuk mengatasi setiap masalah yang kadang-katang timbul sekonyong-konyong: datang tidak terduga. 

Kadang berlangsung sesaat atau berkepanjangan. Tergantung kemampuan dan kemauan atau kesungguhan masing-masing untuk mengatasinya.

Salah satu masalah yang tidak jarang mengemuka adalah fenomena masalah hubungan mertua dengan anak dan menantu cucu (amancu). Apalagi kalau mereka tinggal bersama di rumah mertua. Ada yang terpaksa atau diminta oleh mertua karena berbagai hal misalnya ia sudah hidup sendiri: karena meninggal atau perceraian. 

Banyak pemicu munculnya masalah hubungan mertua dengan anak, menantu dan cucu, karena berbagai alasan atau pertimbangan, termasuk karena anak dan mantu belum mampu beli rumah sendiri. Biasa toh yang rentan sering terlihat atau terdengar umumnya adalah kejelekan atau kekurangan kedua belah pihak.

Atau juga karena mertua atau menantu seringkali terlibat degan perbincangan dan pergunjingan sehari-hari. Akar masalahnya sangat beragam: latar budaya yang berbeda, kesenjangan umur yang sangat besar atau jurang antar generasi (generation gap), perbedaan persepsi dan sudut pandang. 

Dalam budaya tertentu umumnya, orangtua adalah orangtua dan anak adalah anak. Anak dan menantu tetap dipanggil anak, meskipun mereka secara umur sudah dewasa, sudah menikah dan punya anak pula. Perbedaan tidak lagi bisa dilihat sebagai hikmah dan hal positif untuk memperbaiki satu sama lain dan meningkatkan kualitas hidup masing-masing dan bersama orang lain. 

Banyak keluarga pasangan anak menantunya yang mengalami jalan buntu dan berakhir dengan cerai berai mengenaskan. 

Anak atau anak-anaknyalah tentu ikut menjadi korban.

Lidah mertua, lidah anak atau lidah menantu ?

Eiiits, jangan berburuk sangka alias suudzon dulu. Tidak ada mertua, anak atau menatu yang berlidah tajam persis seperti tanaman tersebut.

Tanaman hias yang disebut juga sanseviera atau sansievieria ini, kebetulan atau dianggap bentuknya saja seperti lidah tapi lancip dan tajam di bagian atasnya.

 Di kalangan pedagang tanaman hias internasional itu dikenal pula dengan nama snake plant atau mother in law tongue.

Dalam buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Setiawan Dalimartha menyebutnya: daun tanaman ini bermanfaat untuk pengobatan flu, batuk, radang saluran napas (bronkitis), memar, keseleo, borok, bisul, bahkan bisa sebagai obat untuk tubuh yang digigit ular berbisa. (Tribun Timur.com, Rabu, 22 Juli 2020 21.01)

Lalu hubungannya apa tanaman hias yang digadang-gadang banyak manfaat itu dengan sebutan yang lebih populer sebagai lidah mertua?

Tidak adil banget judgement sosial ini. Koq tidak ada nama tanaman lidah anak atau lidah menantu. Jangan-jangan dulunya hanya berawal dari seseorang menantu yang sangat sakit hati atau baperan saja oleh perlakuan mertuanya yang diungkapkan dari mulut ke mulut (words of mouth) lewat gunjingan tatap muka sehari-hari.

Kalau betul ungkapan kebencian personal itu terjadinya sekarang bisa-bisa lebih viral lagi. Wallohu a'lam.

Dokpri
Dokpri

Amancu selalu berkunjung ke rumah ortu setiap Sabtu

Padahal kenyataan menunjukkan banyak hubungan mertua dengan menantunya yang sangat baik dan harmonis. Perbedaan latar pendidikan, tradisi, budaya, umur, persepsi dan sudut pandang serta lain-lainnya tidak menghalangi mereka berupaya membangun hubungan ikhlas yang dekat dan mesra. 

Perilaku hubungan antarpersonal yang baik agaknya sejalan dengan keyakinan umum para akhli psikologi sosial: dapat membantu perkembangan intelektual dan sosial, membentuk jati diri, memahami realitas di sekeliling kita dan memelihara kesehatan mental.

Hubungan antarpribadi yang harmonis, seringkali kita dengar dan kita lihat dalam wujud perilaku sosial sehari-hari atau sesekali saja. Salah satunya adalah pengalaman yang mengesankan justru didapat ketika saya ngekos selama satu tahun di rumah keluarga orang Inggris keturunan Irlandia, bernama Erick Doyle yang tinggal di perumahan flat Lambhay Hill 65 Plymouth Devon UK. 

Beruntung, selain harga kostnya jauh lebih murah dibanding di tempat lain, yang paling mengharukan justru perlakuan personal keluarga tersebut yang sangat ramah, santun, akrab dan terbuka. Konon indikasi orang Inggris jika merasa cocok dengan kenalan baru diungkapkan dengan ajakan untuk minum di pub atau bar. 

Tentu saja saya senang menerima tawaran tersebut walaupun cuma minum minuman tidak beralkohol atau non-alcoholic drink. Sementara dimata orang Inggris asli orang Irlandia sering dipersepsikan bahkan distigmakan sebagai orang-orang yang simple dan tukang melakukan keributan di ruang publik. 

Mereka disebut troubles. Bisa jadi pemicunya hanya karena trauma masa lalu sebelum perang dunia II berakhir, dan Irlandia selama delapan abad menjadi bagian Britania Raya. (Wikipedia )

Amancu datang setiap Sabtu

Saya menjumpai kebiasaan yang terkesan langka bahkan sangat jarang seperti yang saya alami di keluarga Erick Doyle: Setiap hari Sabtu pagi pukul 10.00 selalu tepat waktu amancunya datang berkunjung ke rumah pak Doyle. Mereka selalu disambut dengan kata-kata kasih sayang dan peluk cium mesra. Kakek Doyle lalu menimang-nimang kedua cucunya yang masih berumur kira-kira antara 2-3 tahun.

 Menantu laki-laki dan mertua laki-laki ngobrol ngalor ngidul sangat gayeng tentang banyak hal. Anak perempuannya membantu ibunya masak di dapur. Mereka sibuk melakukan aktivitas-aktivitas ringan masing-masing: ada yang mengurus tanaman, membersihkan mobil dan mempersiapkan makan siang. 

Mereka satu sama lain jarang duduk di kursi dengan posisi formal, kecuali kalau mereka sedang makan bersama sekitar pukul dua siang. Itu pun banyak diselingi sambil ngobrol secara akrab. 

Saya sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga Doyle. Kalau amancunya datang setiap hari Sabtu saya suka bercanda dan bermain bersama dengan kedua cucunya di halaman rumah. Atau sesekali ikut ngobrol dengan pak Doyle dan menantunya.

Malam Minggu kami seringnya nonton tv bersama sambil ngobrol atau diajak pergi ke pub /bar untuk main dart, yaitu permainan lagendaris lempar anak panah yang konon masih populer hingga saat ini. 

Ini hanyalah bagian kecil dari cerita ringan pribadi, sekitar hampir tiga puluh lima tahun berlalu. Suatu pengalaman ketika sebelum ada HP atau smart phone dan maraknya platform Youtube, Facebook atau aplikasi-aplikasi lain termasuk intagram dan tiktok seperti sekarang.

Ketika itu, berkirim kabar hanya mengandalkan surat-menyurat, yang baru sampai di tanah air kurang lebih satu minggu. Lewat telepon umum: sangat mahal.

Sekarang hubungan antar manusia dan yang manusiawi sudah dilampaui bahkan dilibas oleh kedigdayaan teknologi digital.: Yang relatif lebih murah, praktis dan cepat, bahkan seketika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun