Ini hanyalah rangkuman dari apa yg telah saya baca dalam buku Tetralogi yg pertama yakni "Bumi Manusia" (Novel Fiksi Sejarah) karya Pramoedya Ananta Toer. Nanti saya bagi dalam beberapa bagian sesuai ber bab/Per Judul.
Diceritakan dan di awali dari seorang "MINKE" (Nama karangan yang ada pada novel). Pada saat seumur jagung minke telah merasakan ilmu pengetahuan yang telah memberikan restu yang indah dalam kehidupan hidupnya. Ia seorang terpelajar di sekolah yang setingkat dibanyak negara Eropa dan dianggap terbaik diseluruh Hindia-Belanda saat itu. Dengan mengenyam pendidikan eropa telah berhasil mengubah pikiran dan pribadinya dibadningkan dengan sebangsa yang lainnya dan menyalahi statusnya sebagai asli keturunan Jawa.Â
Zincografi menjadi salah satu kegamuman Minke yakni sebuah alat percetakan yang dapat memotret beribu-ribu lembar gambar perharinya. Ilmu Modern saat itu yang digemborkan dalam isu berita setiap harinya selalu datang dari Eropa dan Amerika, salah satunya alat transportasi Kereta Api (Betawi-Surabaya) yang dapat ditempuh dalam 3 hari perjalanan, berbeda dengan sebangsanya yang hanya mengandalkan dari cerita nenek moyang yang dikemas dalam cerita Si Wayang transportasi yang hanya mengandalkan (Kuda, Sapi, dan Kerbau). "Magda Peters" guru eropa Minke mengungkapkan bahwa kedepan tenaga manusia akan digantikan dengan tenaga ahli mesin, tak perlu membanting tulang dan memeras keringat, Mesin menggantikan seluruh pekerjaannya. Gurunyapun menekankan melarang percaya terhadap Astrologi hanya menjadi omong kosong katanya!.
"Robert Surhoof" teman sekolah Minke asli Eropa namun masih terdapat keturunan Pribumi, ia identik hanya pandai menghina, mengecilkan dan melecehkan bahkan menjahati jika bertatap muka dengan Pribumi. Pada waktu tertentu, keduanya pergi naik dokar ke alamat yang dituju yakni "Boerderij Buitenzorg" . Rumah itu identik dengan rumah Kayu dan dikenal dengan Perusahaan Pertanian yang dimilki oleh Tuan "Mellema-Herman Mellema" seorang hartawan besar asli Eropa yang mempunyai seorang Gundik bernama "Nyai Ontosoroh" nama tersebut dilahirkan karena perusahaannya, Ia banyak dikagumi orang, rupawan, dan pengendali seluruh perusahaan pertanian besar tersebut, Ia menjadi kepala kantornya bahkan seluruh pekerjaan dikendalikan olehnya seperti Administrator, Buku, dagangannya bahkan surat menyuratnya. Ia mempunyai anak, 1 laki-laki bernama "Robert Mellema" dan 1 anak gadis cantik bernama "Annelis". Rumah besar itu mempunyai seorang keamanan pendekar asli dari Madura bernama "Darsam", tinggi badannya lebih kurang 1 meter berumur sekitar 40 an dengan memakai baju dan celana serba hitam, memakai destar dibagian kepalanya. Ia juga identik dengan kumis lebat, bapang, hitam, lebat dan melengking ke atas serta kebiasaan yang tak bisa dilepas sebilah parang yang terselip di bagian punggungnya.
Di saat itulah pertama kali Minke bertemu dengan Annelis, ia menggunakan Gaun putih yang tidak berlengan berjalan mengkilau pada setiap gerak geriknya membuat penglihatan minke kabur sesaat yang pada akhirnya Minke jatuh cinta kepada Annelis. Saat itu juga minke tentu juga berkenalan dengan ibu Annelis yakni Nyai Ontosoroh menurutnya, Nyai yang bergelar Gundik pasti memiliki predikat buruk dalam sisi kehidupannya yang hanya dibicarakan dan menjadi buah bibir penduduk Wonokromo dan Surabaya. Namun dari perkenalan itulah ada yang berbeda dari sisi Nyai Ontosoroh sang pengauasa Boerderij Buitenzorg. Ia menunjukkan kebaikannya, beradab serta fasih berbahasa belanda padahal ia keturunan asli pribumi. Kebijaksanaannya terpancar dengan memperlihatkan tingkah halus dan terbuka pada Annelis si anak gadisnya. Saat itu juga Minke teringat pada guru eropanya tentang ilmu manusia modern itu yang akan muncul pada masa akan datang, Ia melihat sisi dari ilmu eropa terbaru tersebut pada diri seorang Nyai Ontosoroh demikian yang layaknnya seperti guru dari aliran baru tingkah lakunya sepert wanita terpelajar eropa padahal! ... saya ingatkan lagi bahwasannya ia asli keturunan Pribumi.Â
Perkenalan terus berlanjut dan berbincang-bincang berkenalan satu sama lainnya hingga sampai waktu makan bersama. Si Minke tetap meperhatikan gerak gerik nyai Ontosoroh pada saat makan berlangsung, Nyai makan dengan tenang layaknya wanita Eropa yang sangat terhormat, begitupun cara penggunaan letak sendok dan garpu bahkan letak serbet dan kobokannya semua tiada celanya.
Berbicara rumah besar yang yang bertitle Boerderij Buitenzorg, Minke memasuki ke pelataran belakang rumah  bersama Annelis, pertama disodorkan ruangan SUSU SAPI para pekerja ada sebagian laki-laki dan perempuan. Minke sedikit shock! Karena wanita berasal dari kampung ber seragam blacu pula dapat bekerja tidak berada di dapur seperti adat wanita pribumi sebangsanya. Beralih ke tempat luar terdapat lapangan besar untuk penjemuran hasil bumi (kedelai, jagung, kacang). Ditarik kebelakang lagi terdapat kandang Sapi maupun Kuda dan disodorkan sebuah Ladang dan tanah yang bagus sehingga menghasilkan hasil bumi yang baik, ladang tersebut seluas 180 hektar, disitulah para pekerja menanamnya. Bahkan mempunyai hutan sendiri untuk sumber kayu-kayuannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI