Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Humaniora.Soetiyastoko | Bangkit Di Antara Bayang - Bayang Hutang

13 Oktober 2025   00:51 Diperbarui: 13 Oktober 2025   00:51 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayu bertekad menyiasati badai, dia tahu badai tak akan mampu menghentikan langkahnya. Sepanjang tekun mentiasatinya. Copiedfrom FB.

Ingatan akan keluarganya, terutama anak-anaknya, menghalau sejenak kegelapan yang hampir merenggut akal sehatnya. Ia tak bisa membayangkan meninggalkan mereka dalam kehancuran, dalam situasi yang lebih buruk daripada sekarang.
Mereka butuh dirinya, dan meski ia merasa lelah dan putus asa, ia tahu bahwa menyerah bukanlah jawabannya.

Bayu lalu mengingat tetangganya, Pak Arif, yang pernah menawarkan solusi ketika mendengar tentang kesulitan yang ia alami.
"Datang saja ke tempat saya, kita cari jalan keluarnya bareng-bareng," begitu pesan Pak Arif, yang kini terngiang di telinganya.

Keesokan paginya, dengan tekad yang baru, Bayu menemui Pak Arif. Pak Arif, yang dulunya juga pernah jatuh dalam lingkaran hutang, telah menemukan jalan keluar melalui kerja keras dan komunitas yang mendukung. Ia menawarkan Bayu beberapa pekerjaan tambahan, serta mengajarinya cara mengelola keuangan dengan lebih baik. Termasuk pendekatan untuk berbicara dengan pihak pemberi pinjaman guna menegosiasikan pembayaran.

Perlahan tapi pasti, Bayu mulai belajar mendengar arahan orang. Belajar menghadapi masalahnya dengan benar.

Bulan demi bulan berlalu, dan meskipun masih belum sepenuhnya lepas dari jeratan hutang, Bayu melihat perubahan. Ia tak lagi dikejar rasa putus asa yang sama.

Setiap langkah kecil yang ia ambil untuk melunasi hutang-hutangnya terasa seperti kemenangan.

Ia juga mulai berbicara terbuka dengan istrinya, yang selama ini hanya bisa menduga-duga masalah apa yang mengganggu suaminya. Ternyata, keterbukaan dan dukungan keluarganya menjadi kekuatan yang tak terduga.

Suatu malam, setelah pulang dari pekerjaan tambahan yang diberikan Pak Arif, Bayu duduk di ruang tamu. Anak-anaknya tertidur pulas, dan istrinya duduk di sebelahnya. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ia bisa menarik napas panjang tanpa beban yang terlalu berat di dadanya.

"Semua akan baik-baik saja," bisik istrinya, menggenggam tangannya erat.

Bayu menatap wajah istrinya, dan untuk pertama kali ia bisa tersenyum, meski lelah. "Iya," jawabnya, "kita akan baik-baik saja."

Kesadaran bahwa keluarga adalah kekuatan terbesar yang dimilikinya, serta dukungan dari teman yang peduli, membantu Bayu melewati masa-masa sulit dengan harapan baru. Melalui mereka terbukalah "topeng kuda" --yang membuat cakrawala terbuka lebar untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun