Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Humaniora.Soetiyastoko | Bangkit Di Antara Bayang - Bayang Hutang

13 Oktober 2025   00:51 Diperbarui: 13 Oktober 2025   00:51 19 0
Humaniora  |  Bangkit Di Antara Bayang-Bayang Hutang


DikToko
(Soetiyastoko)


Gumpalan-gumpalan kecil awan tampak putih berbaris ke tenggara, menunggang angin. Redup kemilau senja mulai meratap, ketika Bayu menatap layar ponselnya yang bergetar lagi.


Notifikasi dari aplikasi pinjaman online itu terasa menyesakkan dadanya. Ia tak perlu lagi membaca isinya; sudah pasti peringatan tentang jatuh tempo. Waktu terus berjalan, dan denda makin menumpuk.


Bayu, seorang ayah berusia 40 tahun, baru saja pulang dari pekerjaan serabutan yang tak menjanjikan apa-apa, selain upah harian --yang tak bisa ditawar.
Dahinya berkerut, matanya sayu. Di balik wajah kerasnya, ada badai yang berkecamuk. Kebutuhan rumah tangga, biaya sekolah anak, dan impian kecil-kecilan untuk kehidupan yang lebih baik semuanya terasa seperti beban yang tak bisa dia lepaskan.


Bayu tak pernah mengira hidupnya akan sampai pada titik ini. Beberapa bulan lalu, ketika usahanya jatuh, ia mengambil langkah yang menurutnya saat itu adalah satu-satunya jalan keluar---pinjaman online. Jumlah kecil di awal, namun bunga dan denda cepat menjerat. Satu demi satu pinjaman baru ia ambil untuk melunasi yang lama, hingga akhirnya tercekik dalam lingkaran hutang. Dan tekanan _Debt Collector_.


Ketika malam semakin larut, Bayu duduk di sudut kamar, menatap dinding kosong. Rasa putus asa merayap.


"Aku harus keluar dari ini... Tapi bagaimana?" pikirnya. Sementara itu, suara anaknya terdengar samar di ruang tamu. Tawa mereka seharusnya menjadi kebahagiaan, tapi kali ini terdengar seperti pengingat yang menyakitkan---bahwa ia telah gagal sebagai ayah.


Suatu malam, ketika semua orang sudah terlelap, Bayu melangkah ke luar rumah. Dingin angin malam menusuk kulitnya, tapi ia merasa perlu untuk berpikir dengan tenang.


Di bawah langit yang gelap tanpa bintang, ia mulai berjalan tanpa arah, hanya mengikuti jalanan sepi di desanya. Bayu memikirkan segala hal---hutang, tanggung jawab, masa depan keluarganya.


"Aku harus kuat," bisiknya pelan pada dirinya sendiri. "Aku tak boleh menyerah. Untuk mereka."


Ingatan akan keluarganya, terutama anak-anaknya, menghalau sejenak kegelapan yang hampir merenggut akal sehatnya. Ia tak bisa membayangkan meninggalkan mereka dalam kehancuran, dalam situasi yang lebih buruk daripada sekarang.
Mereka butuh dirinya, dan meski ia merasa lelah dan putus asa, ia tahu bahwa menyerah bukanlah jawabannya.


Bayu lalu mengingat tetangganya, Pak Arif, yang pernah menawarkan solusi ketika mendengar tentang kesulitan yang ia alami.
"Datang saja ke tempat saya, kita cari jalan keluarnya bareng-bareng," begitu pesan Pak Arif, yang kini terngiang di telinganya.


Keesokan paginya, dengan tekad yang baru, Bayu menemui Pak Arif. Pak Arif, yang dulunya juga pernah jatuh dalam lingkaran hutang, telah menemukan jalan keluar melalui kerja keras dan komunitas yang mendukung. Ia menawarkan Bayu beberapa pekerjaan tambahan, serta mengajarinya cara mengelola keuangan dengan lebih baik. Termasuk pendekatan untuk berbicara dengan pihak pemberi pinjaman guna menegosiasikan pembayaran.


Perlahan tapi pasti, Bayu mulai belajar mendengar arahan orang. Belajar menghadapi masalahnya dengan benar.


Bulan demi bulan berlalu, dan meskipun masih belum sepenuhnya lepas dari jeratan hutang, Bayu melihat perubahan. Ia tak lagi dikejar rasa putus asa yang sama.


Setiap langkah kecil yang ia ambil untuk melunasi hutang-hutangnya terasa seperti kemenangan.


Ia juga mulai berbicara terbuka dengan istrinya, yang selama ini hanya bisa menduga-duga masalah apa yang mengganggu suaminya. Ternyata, keterbukaan dan dukungan keluarganya menjadi kekuatan yang tak terduga.


Suatu malam, setelah pulang dari pekerjaan tambahan yang diberikan Pak Arif, Bayu duduk di ruang tamu. Anak-anaknya tertidur pulas, dan istrinya duduk di sebelahnya. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ia bisa menarik napas panjang tanpa beban yang terlalu berat di dadanya.


"Semua akan baik-baik saja," bisik istrinya, menggenggam tangannya erat.


Bayu menatap wajah istrinya, dan untuk pertama kali ia bisa tersenyum, meski lelah. "Iya," jawabnya, "kita akan baik-baik saja."


Kesadaran bahwa keluarga adalah kekuatan terbesar yang dimilikinya, serta dukungan dari teman yang peduli, membantu Bayu melewati masa-masa sulit dengan harapan baru. Melalui mereka terbukalah "topeng kuda" --yang membuat cakrawala terbuka lebar untuknya.


"Masalah hari ini  adalah hasil kekeliruan langkah diri, sejak 5 tahun yang lalu" , begitu aksioma yang ia baca di bungkus kacang  kulit sangrai --yang dibelinya tadi malam.


Kini dia sadar bahwa, bila tak mengubah diri --mulai hari ini, maka nasibnya 5 tahun yang akan lebih buruk dari hari ini.


Yaa, kurang-lebih, 5 tahun adalah periode perubahan hidup. Seperti halnya bayi tumbuh hingga mulai layak untuk masuk TK. Masa  sekolah menengah dan kuliah.


Bayu bertekad, dalam 4 tahun kedepan --segala sesuatu berkenaan nasib diri dan keluarganya, harus jauh lebih baik.


***


Kesimpulan:


Bayu menghadapi tantangan berat dalam hidupnya saat terjerat hutang dari pinjaman online. Di tengah rasa putus asa, ia menemukan bahwa mencari bantuan psikis, mental dan pikiran serta ide dari orang-orang di sekitarnya  --bukanlah aib.


"Bersikap terbuka, mau mendengar masukan dan tetap berjuang -- adalah kunci untuk keluar dari masalah yang dihadapi", begitu kata Khotib yang Bayu dengar dari mimbar Jumatan kemarin.


Saran:


1. Carilah Dukungan Psikologis


-- Jangan ragu untuk berbagi masalah dengan orang-orang terdekat, baik keluarga maupun teman.


-- Buka telinga lebar-lebar, dengar saran dan pendapat. Jangan dibantah, dengarkan saja. Sebab bisa jadi yang kita dengarkan itu bukan solusi yang kita
butuhkan  --tetapi, bisa jadi, itu jadi bahan kita untuk berpikir lebih lanjut. Jadi petunjuk ke arah yang lebih tepat. Wawasan baru yang lebih luas, membuka jalan yang lebih lapang dan menjanjikan.


Kadang, solusi datang dari mereka yang tulus ingin membantu.


Mereka yang berada di luar masalah, biasanya lebih jeli mengamati masalah dan melihat peluang.


Seorang sopir truk tronton, pasti jago nyetir cepat dan aman, tapi sekali waktu dia juga perlu bantuan pemberi arahan di jalan sulit.


2. Kelola keuangan dengan bijak

 
-- Sebelum mengambil pinjaman, pertimbangkan kemampuan membayar kembali.


Jika terlanjur terjebak hutang, segera bicarakan solusi dengan pihak pemberi pinjaman.


3. Jangan menyerah pada keadaan


-- Meski tampaknya berat, selalu ada jalan keluar dari masalah, *asalkan tidak putus asa dan terus mencari solusi.*


4. Berikan diri waktu untuk berpikir

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun