Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Humaniora.Soetiyastoko | Bahasa Kehormatan: Sebuah Seni Merajut Harga Diri

5 Oktober 2025   23:39 Diperbarui: 5 Oktober 2025   23:39 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi artikel Sebuah Seni Merajut Harga Diri. DethBonn. Dok.Pri.

HumanioraHumaniora  | Bahasa Kehormatan: Sebuah Seni Merajut Harga Diri 

DikToko 

(Soetiyastoko)

Hidup bagai sebuah simfoni yang musiknya --kita aransemeni sendiri. Ada nada-nada yang kita pilih untuk dimainkan, dan ada jeda yang kita tentukan untuk memberi ruang.  Tentu tidak berisik bin asal bunyi. Ingat, siapapun suka keindahan dan keteraturan serta kepatutan.

Menjadi pribadi yang dihormati bukanlah tentang mengukir nama di langit, melainkan tentang membangun benteng kehormatan dari dalam diri---sebuah benteng yang kokoh tanpa perlu merobohkan istana orang lain. 

Bayangkan diri Anda sebagai sebuah taman. Ada pagar yang jelas di sekelilingnya, bunga-bunga yang Anda rawat, dan jalan setapak yang mengundang untuk dilalui dengan santun. Inilah esensi dari menghormati diri sendiri, yang kemudian akan dipantulkan oleh semesta. 

1. Berpakaianlah Seperti Sebuah Mahakarya yang Baru Dibingkai 

Apapun profesi seseorang  -> pakaian adalah sampul dari buku jiwa Anda. Ketika Anda merapikan sampulnya, Anda mengisyaratkan bahwa isinya berharga. Pantaskanlah, jangan asal dan tampil sekehendak hati.

Ini bukan soal merk atau harga, melainkan tentang kesadaran bahwa tubuh ini adalah kuil, dan kita menghiasnya dengan penuh hormat. 

Saat Anda tampil sebagai versi terbaik diri sendiri, Anda mengajarkan kepada orang lain untuk memperlakukan Anda layaknya sebuah mahakarya. 

Coba, apa yang kita rasakan ketika memesan taksi atau pergi ke tempat makan --sopir taksinya berpakaian lusuh, rambut, kumis dan jenggot berantakan ? Tentu kita tak merasa nyaman. Begitupun bila pelayan yang kita temui di restoran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun