Humaniora  |  Seni Merendahkan Hati: Sebuah Renungan tentang Keheningan yang Berbicara
DikToko
(Soetiyastoko)
Di tengah hiruk-pikuk dunia yang kerap memuja gemerlap, ada sebuah kesunyian yang justru merdu.Â
Sebuah keheningan yang fasih berkata-kata. Ia adalah kekuatan lembut yang tak perlu menggelegar untuk didengar. Bagai aroma melati yang tak perlu berteriak untuk memenuhi ruangan.Â
Inilah esensi dari pribadi yang 'low profile'---bukan tentang menyembunyikan cahaya, tetapi tentang memilih untuk tidak menyilaukan.
Mereka bagai pohon yang berbuah lebat; tidak perlu berikrar tentang manisnya buah. Sebab setiap yang lalu-lalang sudah tahu di mana teduh dan rasa sejuk bisa ditemukan.Â
Orang-orang justru terpikat, bukan oleh gempita pencapaiannya, melainkan oleh kehangatan dan kenyamanan yang mengalir tenang dari nadinya.
Lalu, seperti apakah wujud dari kesederhanaan jiwa yang memesona ini?
1. Pencapaian adalah Bunga yang Harum Sendiri.Â
Mereka memahami bahwa prestasi adalah seperti sekuntum bunga. Ia tak perlu berkoar tentang keharumannya; aromanya akan menyebar dengan sendirinya. Aroma itu dibawa angin, diceritakan oleh kumbang yang pernah singgah.Â