Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Humaniora | Seni Merendahkan Hati: Sebuah Renungan Tentang Keheningan yang Berbicara

25 Agustus 2025   18:20 Diperbarui: 25 Agustus 2025   18:20 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terkadang senyumpun mengintimidasi, jika tak tulis. Dok.Pri.

Humaniora  |  Seni Merendahkan Hati: Sebuah Renungan tentang Keheningan yang Berbicara

DikToko

(Soetiyastoko)

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang kerap memuja gemerlap, ada sebuah kesunyian yang justru merdu. 

Sebuah keheningan yang fasih berkata-kata. Ia adalah kekuatan lembut yang tak perlu menggelegar untuk didengar. Bagai aroma melati yang tak perlu berteriak untuk memenuhi ruangan. 

Inilah esensi dari pribadi yang 'low profile'---bukan tentang menyembunyikan cahaya, tetapi tentang memilih untuk tidak menyilaukan.

Mereka bagai pohon yang berbuah lebat; tidak perlu berikrar tentang manisnya buah. Sebab setiap yang lalu-lalang sudah tahu di mana teduh dan rasa sejuk bisa ditemukan. 

Orang-orang justru terpikat, bukan oleh gempita pencapaiannya, melainkan oleh kehangatan dan kenyamanan yang mengalir tenang dari nadinya.

Lalu, seperti apakah wujud dari kesederhanaan jiwa yang memesona ini?

1. Pencapaian adalah Bunga yang Harum Sendiri. 

Mereka memahami bahwa prestasi adalah seperti sekuntum bunga. Ia tak perlu berkoar tentang keharumannya; aromanya akan menyebar dengan sendirinya. Aroma itu dibawa angin, diceritakan oleh kumbang yang pernah singgah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun