Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Jokowi dari Kacamata Bocah Bernama Rafi

9 Februari 2019   20:17 Diperbarui: 9 Februari 2019   20:51 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa terjujur adalah bahasa anak-anak. Presiden Jokowi saat bertemu seorang bocah bernama Rafi - Foto: Suara.com

Pun, Rafi menjadi pahlawan di sini. Iya, karena ia mewakili anak-anak berkebutuhan khusus yang memang pantas untuk dihargai dan mendapatkan kasih sayang terbaik. Lihat, bagaimana ia membalas sambutan Presiden Jokowi dengan wajah semringahnya, hingga tepukan tangan mungilnya di pundak seorang lelaki yang merupakan Kepala Negara. Ia menampilkan semua itu secara apa adanya, tidak dibuat-buat, mengalir begitu saja.

Di sini Rafi bahkan menyalip kemampuan orang-orang dewasa dalam melihat manakah orang baik dan tidak. Ia seolah menyindir orang dewasa yang cenderung menilai sesuatu buruk hanya karena mereka tak kuasa membebaskan pikiran mereka dari sudut pandang yang buruk. 

Pemandangan itu bukanlah cerita tentang Presiden Jokowi. Ini cerita tentang bocah bernama Rafi, yang memiliki sekelumit mimpi ingin bertemu Kepala Negara yang ia kagumi, dan ia mampu meraihnya. 

Tidak berlebihan jika ibunya, Reni, pun tak dapat membendung air matanya. Di video yang beredar itu ia menunjukkan keharuan yang membuncah, hingga air mata pun tumpah. Ia tak menyangka, impian anaknya yang ingin bertemu idolanya bisa benar-benar terjadi.

Dalam linangan air mata, sang ibu menunjukkan rasa terima kasihnya. 

Tak pelak, pemandangan itu bisa bikin jagat internet mengharu biru. Kegembiraan seorang Rafi, dan air mata haru sang ibu, mampu menyihir publik. Sekaligus menjadi pesan penting, bahwa anak-anak berkebutuhan khusus sudah semestinya tetap dihargai sebagaimana anak-anak umumnya.

Jokowi sendiri, di tengah pemandangan itu sekaligus memperlihatkan karakter bangsanya. Seperti disampaikan Mandela, tak ada bukti lain yang bisa menegaskan bagaimana ruh satu bangsa kecuali dari bagaimana mereka memperlakukan anak-anak. 

Jika selama ini Jokowi dikenal hanya akrab dengan sang cucu, Jan Ethes, kini sosok Rafi pun bisa dipastikan akan menjadi bagian gambaran lainnya tentang siapa sosok Kepala Negara tersebut. 

Jika lawan politiknya selama ini menjadikan seorang bocah seperti Jan Ethes sebagai sasaran hantaman mereka, dikait-kaitkan dengan urusan elektabilitas, semoga saja sudut pandang yang tidak manusiawi seperti itu segera hilang. 

Seorang anak tetaplah seorang anak, di mana mereka hanya benar-benar menunjukkan kebahagiaan saat bertemu seseorang ketika insting alami mereka yang murni sudah meyakini bahwa orang tersebut adalah orang baik. 

Anak-anak butuh contoh langsung dari orang-orang baik. Mereka pun mesti lebih banyak melihat dan dekat dengan orang-orang baik. Sebab, harapan bahwa negeri mereka ini tetap baik-baik saja, ketika mereka terbiasa bertemu dan dipeluk oleh orang-orang baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun