Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Penghinaan Mahathir atas Etnis Bugis

19 Oktober 2017   16:09 Diperbarui: 19 Oktober 2017   16:30 3889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekas Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr Mahathir Mohamad, telah memantik masalah serius di tengah membaiknya hubungan Indonesia dan Malaysia. Gara-garanya tak lain adalah pidatonya sendiri pada Sabtu (14/10/2017), yang berisikan penghinaan serius atas Suku Bugis sebagai perompak.

Sejatinya, pidato tersebut memang diniatkan untuk menyerang PM Datuk Seri Najib Tun Razak yang memang memiliki garis keturunan Bugis. "Kita hari ini dipimpin oleh perdana menteri pencuri, penyabung, perompak. Mungkin karena dia berasal dari lanun (perompak) Bugis, entah macam mana dia sesat sampai ke Malaysia. Pergi baliklah ke Bugis.

Merespons pidato bernada rasis tersebut, seperti dilansir Antaranews.com,organisasi masyarakat Bugis yang ada di negara jiran tersebut pun melakukan unjuk rasa langsung ke rumah bekas PM Malaysia tersebut. Tak hanya itu, organisasi Persatuan Bugis Johor pun sempat membuat laporan ke pihak kepolisian terkait ucapan Mahathir. Sejauh ini belum ada perkembangan, apakah ada tindakan hukum terhadapnya atau tidak.

Satu sisi, agak sulit karena bukan rahasia jika Mahathir terbilang sebagai salah satu tokoh terkuat di Malaysia. Pengaruhnya di berbagai organisasi dan lembaga pemerintahan masih cukup besar. 

Terlepas dari itu, tindakan salah satu tokoh yang juga memiliki pengaruh di ASEAN tersebut tetap merupakan sebuah hal yang pantas disorot dan dikecam. Pasalnya jelas, ucapan tersebut tidak hanya mencederai persatuan di dalam negeri Malaysia sendiri, melukai suku Bugis yang ada di sana, melainkan juga membawa pengaruh buruk hingga ke Indonesia.

Seperti diketahui di Indonesia sendiri ada sederet politikus yang berasal dari masyarakat Bugis. Sebut saja A.M Fatwa, Idrus Marham, Tamsil Linrung, Anis Matta, dan beberapa nama lainnya. Tak terkecuali pahlawan nasional pun tidak sedikit yang berasal dari kalangan Bugis seperti Sultan Hasanuddin, Andi Sultan Daeng Radja, Pong Tiku, Andi Abdullah Bau Massepe, Andi Jemma, Emmy Saelan, sampai La Madukelleng.

Kenapa perlu menyinggung tokoh-tokoh berpengaruh Bugis di Indonesia? Tak lain untuk memperlihatkan jika di negeri ini, Bugis telah menjadi bagian sangat berpengaruh. Tidak terkecuali di ranah militer, pernah ada Firman Gani yang pernah menjadi petinggi di Polri, M. Jusuf yang pernah menjadi Menteri Pertahanan Keamanan sekaligus Panglima ABRI (kini TNI) dan juga Ketua BPK. Tak hanya itu masih ada Yunus Yosfiah sampai dengan Sjafrie Sjamsoeddin, George Toisutta, sampai dengan Theo Syafei. Untuk menegaskan, Indonesia dan Bugis telah menjadi bagian tak terpisahkan, dalam arti perjalanan negeri ini pun tak lepas dari andil penting etnis tersebut.

Maka itu bukan hal berlebihan jika dikatakan, ketika eks PM Malaysia menyinggung sentimen etnik terhadap suku Bugis dengan menyebutnya lanun dan perompak, sedikitnya turut mencederai perasaan etnis ini yang ada di Indonesia. Lebih jauh, Mahathir pun sudah meniupkan api ke organisasi negara-negara Asia Tenggara, yakni ASEAN di mana ia pernah menjadi salah satu tokoh berpengaruh.

Di sini tampaknya Mahathir, entah karena kepikunannya atau memang ada masalah di psikologisnya sendiri, tak dapat menutupi "penyakit" yang dipendamnya. Namun kini terungkap, dan cukup menjadi petunjuk mental rasis dan tidak beretika layaknya seorang tokoh di ASEAN. Ini persoalan serius, bukan hanya bagi masyarakat Bugis yang menjadi sasaran langsung pelecehan tersebut, tapi juga Indonesia sendiri.

Di Indonesia sendiri, sejauh ini protes keras terhadap pernyataan Mahathir baru terjadi hanya di tingkat media sosial, lewat Twitter atau Facebook, mereka mengecam tingkah bekas Perdana Menteri tersebut.

Di Malaysia sendiri, Datuk Awang Mohamad yang merupakan Ketua Persatuan Bugis Johor mengecam tindakan Mahathir dan menegaskan jika penyebutan lanun terhadap suku Bugis itu melukai masyarakat etnis tersebut yang ada di Malaysia dan negara-negara lain di mana terdapat etnis ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun