Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Perlu Mengenal Tan Malaka?

12 Juli 2017   15:51 Diperbarui: 2 Juni 2020   14:07 11190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tan Malaka tokoh bangsa yang tak ingin berhenti hanya pada satu ideologi - FOTO: HISTORIA.ID

Tan Malaka itu bukan sekadar tokoh kemerdekaan.

Pemilik nama lengkap Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka itu adalah wakil semangat anak muda untuk melakukan pekerjaan besar tanpa mementingkan itu menguntungkan dirinya atau tidak. Terbukti, kala mati pun dia berstatus sebagai pria yang belum pernah mencicipi indahnya pernikahan.

Saya pribadi kali pertama mengenal namanya saat masih Tsanawiyah (selevel SMP). Hanya dari mulut ke mulut. Sebab saat Soeharto masih menjadi nama paling terkenal di negeri ini, buku-buku tentang Tan Malaka dianggap sebagai masalah. Kalaupun ada, maka orang memilih menyimpan secara diam-diam, itu juga lebih banyak dari "kopian" saja.

Mereka yang sudah membacanya pun acap kali hanya bercerita kepada kalangan yang paling dia percaya saja. Sebab jika bocor bahwa ia pernah membaca bukunya, bisa menjadi masalah serius dan ini sudah rahasia umum.

Maka itu, saya sangat menikmati saat SMP mendengar nama dengan Tan Malaka. Terlebih dia menjadi nama yang tak biasa di benak saya, sebab saat SD pun di buku-buku seperti Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) nyaris tak ada tertulis secuil pun tentang sosoknya.

Sampai kemudian kuliah hingga bekerja, keleluasaan menikmati butir-butir pemikirannya terasa lebih leluasa. Walaupun awalnya, untuk mendapatkan bukunya seperti Materialisme, Dialektika, dan Logika (Madilog) harus berburu ke Yogyakarta. Terlebih di sanalah berbagai buku lebih mudah didapatkan. Selain itu, berbagai artikel di internet pun lebih mudah saya dapati.

Tentang sejarah hidupnya, sekarang Anda bisa menemukan lebih mudah, meski tak pernah membeli bukunya. Sedangkan jika merasa ingin memiliki bukunya, berbagai toko buku pun sudah tidak perlu diam-diam untuk menjualnya.

Buku "Dari Penjara ke Penjara" termasuk buku yang juga saya punya, yang saya beli tanpa perlu mencemaskan seperti saya alami di masa-masa ketika Pak Harto masih menjadi tokoh paling terkenal di negeri ini.

Saya di sini takkan bercerita tentang kehidupan dan sejarahnya. Sebab berbagai buku dan artikel tentangnya memang akan sangat mudah Anda temukan di mana-mana. Media daring seperti Tirto dan Antaranews,bahkan telah menurunkan sangat banyak artikel tentangnya. Saya sendiri, meski telah memiliki beberapa bukunya, tetap merasa penting membaca ulasan media seputar dirinya.

Kenapa perlu mendalaminya? Selain ia terbilang paling sering diposisikan sebagai "penjahat" dalam sejarah yang masih sangat berbau Orde Baru, hingga banyak orang turut mendudukkannya sebagai penjahat. Tak sedikit juga yang mengafirkannya lantaran ideologi yang dianutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun