Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pantai Legenda di Aceh Selatan

22 Juni 2012   21:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:39 4157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasar penjelasan masyarakat di lokasi itu, air terjun ini memiliki tujuh tingkat. Tapi, saya sendiri, saat

[caption id="attachment_196440" align="alignright" width="300" caption="Tingkat ketujuh (Gbr: anaktaluak.wordpress.com)"]

13404041382010432772
13404041382010432772
[/caption] mencoba mendakinya, hanya kuat sampai tingkat ketiga saja. Bukan apa-apa, tapi karena untuk bisa menuju ke sana benar-benar harus melawan risiko tergelincir. Apalagi jika hujan, fasilitas mendaki yang hanya mengandalkan akar-akar pohon, sangat kurang meyakinkan untuk bisa meneruskan pendakian. Jika terpeleset, batu-batu besar sudah menunggu untuk pecahkan kepala Anda atau mungkin mematahkan tulang-tulang.

Tapi bukan berarti tidak ada yang berani untuk datang sampai ke tingkat tertinggi. Biasanya yang masih remaja lebih kuat untuk mendaki tanjakan-tanjakan di air terjun itu. Mereka dengan gembira menapaki jalan setapak mendaki dengan hanya mengandalkan urat-urat dan akar kayu saja. Beberapa kali saya ke tempat ini, terakhir pada 2008, tidak terdengar adanya korban yang mengalami kecelakaan di sini. Artinya, kesempatan untuk melihat seperti apa keindahan di puncak sana, hanya bagi mereka yang memiliki nyali yang memadai.

Di sini, memang tidak disediakan hotel untuk menginap. Beberapa tahun lalu, memang ada semacam rumah singgah, namun tidak saya ketahui, belakangan sudah tidak lagi dibuka. Jadi, jika penginapan menjadi persoalan, mau tidak mau harus ke Kota Tapaktuan lagi. Di sana saja yang menyediakan berbagai pilihan penginapan tergantung ukuran isi kantong yang dimiliki. Meskipun, biasanya, seperti kabupaten-kabupaten Aceh lainnya, kisaran biaya penginapan, juga bervariasi dari IDR 300.000, 500.000, atau 1.200.000.

Jika makanan menjadi pertanyaan. Ini tidak perlu dicemaskan. Karena Tapaktuan merupakan kawasan lalu lintas pantai barat selatan menuju ke Medan dan sebaliknya, tak ayal terdapat banyak sekali warung makan yang buka siang malam. Tidak sedikit di antaranya yang berdiri di bukit-bukit yang bersisian dengan laut. Jadi, sambil Anda menyantap hidangan makanan, masih bisa melihat pemandangan laut, juga suara debur ombak yang berada di bawah lantai tempat Anda melahap makanan. Ini tentunya membawa sensasi tersendiri bukan?

Jika Anda berasal dari luar Sumatra, untuk ke sini sebaiknya memilih pesawat sampai ke Medan saja.

[caption id="attachment_196441" align="alignright" width="300" caption="Wisatawan yang mengitari telapak kaki raksasa yang diyakini milik Tuan Tapa atau Teungku Tapa yang melawan Naga (Gbr: mimpikhayalan.blogspot.com)"]

1340404258717661538
1340404258717661538
[/caption] Alasannya, jika Anda memilih pesawat ke Banda Aceh, hanya akan menyulitkan. Bukan apa-apa, karena Tapaktuan lebih mudah dijangkau dari Kota Medan.

Dari pusat provinsi Sumatra Utara, Anda hanya butuh tumpangan bus dengan biaya sekitar IDR 30.000 untuk ke kota ini. Dengan waktu perjalanan cuma sekitar 4-5 jam. Bandingkan jika dari Banda Aceh, Anda harus habiskan waktu ke sini sampai 9-10 jam. Melelahkan bukan?

Meskipun kawasan wisata ini disebut Kota Legenda, namun jangan khawatir, karena keindahannya tidak sekadar legenda. Keindahan alam kawasan ini benar-benar ada dan tidak akan pernah Anda lupakan sampai kapanpun. Untuk pecinta petualangan, Tapaktuan menjadi sasaran wajib perjalanan Anda! (FOLLOW: @zoelfick)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun