Mohon tunggu...
Soebarkah
Soebarkah Mohon Tunggu... Educator

I am an educator committed to shaping the younger generation to have noble character, strong morals, and a vision to bring positive impact to others.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Kita Salah Arah ? Renungan Keras untuk Bangsa

9 Mei 2025   07:52 Diperbarui: 9 Mei 2025   07:52 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kita merenung sejenak, untuk apa sejatinya pendidikan itu? Apakah sekadar untuk mencetak orang-orang yang cerdas secara intelektual, atau justru mencetak manusia utuh yang benar dalam laku dan cerdas dalam akal? Ada sebuah ungkapan yang patut kita renungkan bersama:

"Memintarkan orang benar jauh lebih mudah daripada membenarkan orang pintar."

Ungkapan ini mengandung makna mendalam: seseorang yang memiliki karakter kuat, akhlak baik, dan adab yang terpuji, jauh lebih mudah untuk diarahkan dan dipintarkan. Sebaliknya, seseorang yang sudah merasa dirinya pintar, kerap kali sulit menerima masukan. Ego, rasa superioritas, dan kedangkalan moral bisa membuat mereka lupa bahwa kecerdasan sejati tak hanya soal IQ, tapi juga soal integritas.

Kita bisa melihat contoh nyata di panggung politik dan pemerintahan. Banyak dari mereka adalah orang-orang dengan latar belakang akademik hebat, lulusan universitas ternama, bergelar panjang. Namun ironisnya, tidak sedikit dari mereka yang tersandung kasus korupsi, ujaran kontroversial, hingga pelanggaran moral serius. Data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) misalnya, mencatat bahwa lebih dari 50% pelaku korupsi berasal dari kalangan terpelajar dan berpendidikan tinggi.

Apa artinya ini? Bahwa pendidikan intelektual semata tidak cukup. Karakter adalah fondasi. Tanpa karakter yang kuat, kecerdasan bisa berubah menjadi alat untuk menipu, memanipulasi, dan merugikan masyarakat.

Pendidikan Karakter: Jalan yang Terabaikan

Selama puluhan tahun, sistem pendidikan Indonesia lebih banyak menekankan pada kemampuan kognitif nilai ujian, peringkat kelas, kelulusan, dan indeks prestasi akademik. Padahal, Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, sejak awal telah menekankan bahwa pendidikan harus menumbuhkan budi pekerti, bukan hanya ilmu pengetahuan.

Dalam konteks global, UNESCO juga menetapkan empat pilar pendidikan abad 21, yakni:

  1. Learning to Know (belajar untuk mengetahui),
  2. Learning to Do (belajar untuk melakukan),
  3. Learning to Be (belajar menjadi diri sendiri), dan
  4. Learning to Live Together (belajar hidup bersama).

Sayangnya, dua pilar terakhir yang berhubungan dengan karakter dan nilai kemanusiaan seringkali terpinggirkan.

Solusi: Menyemai Karakter Sejak Dini

Membenahi persoalan pendidikan karakter bukanlah hal instan. Namun ada beberapa langkah nyata yang bisa kita ambil:

  1. Reorientasi Kurikulum Pendidikan
    Kurikulum perlu menempatkan penguatan karakter (seperti kejujuran, tanggung jawab, gotong royong, empati) sebagai bagian inti, bukan pelengkap.
  2. Guru Sebagai Teladan Moral
    Guru bukan hanya pengajar, tapi juga panutan nilai. Oleh karena itu, penguatan kompetensi sosial dan emosional guru harus menjadi prioritas dalam pelatihan dan pengembangan profesional.
  3. Lingkungan Sekolah yang Menguatkan Nilai
    Sekolah harus menjadi ekosistem positif yang menginternalisasi nilai-nilai moral dalam praktik sehari-hari, bukan hanya dalam pelajaran PPKn.
  4. Kolaborasi Orang Tua dan Masyarakat
    Pendidikan karakter tidak bisa hanya diserahkan ke sekolah. Orang tua dan masyarakat juga perlu menjadi agen nilai yang konsisten.
  5. Restitusi Bukan Hukuman
    Dalam menangani pelanggaran, pendekatan berbasis restitusi lebih baik daripada sekadar hukuman. Hal ini mengajarkan tanggung jawab dan refleksi, bukan ketakutan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun