Mohon tunggu...
Sodik Permana
Sodik Permana Mohon Tunggu... Wiraswasta - JnT Cargo

Penikmat filsafat dan penulis pemula yang senantiasa berusaha konsisten dalam belajar sesuatu yang belum terfahami.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Logika Dasar, Kaidah Berpikir Benar

16 September 2022   16:12 Diperbarui: 16 September 2022   16:25 2554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | (PIXABAY/NUGROHO DWI HARTAWAN) 

Artinya prinsip ini sebagai penegas dari prinsip non-kontradiksi, jika kita memaksakan adanya makna dari dua objek yang kemudian tidak bisa dikatakan sekaligus tapi adanya indentitas baru dan identitas baru tersebut bukan identitas dari masing-masing objek sebelumnya. Kemungkinan pertama Tuhan adalah identitas pencipta atau sebab segala sebab, kemungkinan kedua manusia adalah identitas mahluk yang diciptakan maka tidak ada kemungkinan ketiga bahwa Tuhan sekaligus manusia atau sebaliknya karena identitas keduanya melebur menjadi identitas baru yang kemandirian identitas Tuhan dan manusia tidak lagi terdapat pada identitas baru tersebut. 

Jika dipaksakan Tuhan sekaligus manusia maka akan ada makna baru semisal makna dewa, yang mana makna dewa bukanlah makna Tuhan dan bukan pula makna manusia tetapi makna dewa itu sendiri dengan pemaksaan makna terhadapnya bahwa dewa adalah Tuhan yang sebagai manusia dan manusia yang menjadi Tuhan. 

Bisa kita ambil contoh lain; makna atau kebenaran tentang pensil dan makna penghapus, jika dipaksakan dengan kata 'sekaligus' maka akan menjadi pensil sekaligus penghapus, yang dalam prinsip identitas, prinsip kausalitas dan prinsip non-kontradiksi mengharuskan adanya makna baru semisal 'silpus' (pensil sekaligus penghapus) yang secara identitas bukan lagi pensil dan bukan lagi penghapus tapi silpus itu sendiri, secara kausalitas bahwa terjadinya makna silpus karena pensil dan penghapus sebagai kedua sebab yang bertemu dalam ruang dan waktu yang sama sehingga lahirlah akibat silpus, kemudian secara prinsip non-kontradiksi bahwa makna pensil dan makna penghapus bertentangan karena identitasnya yang jika bertemu dalam satu ruang dan waktu yang sama pula akan menjadikan identitas baru yaitu silpus agar akal kita menerimanya, maka dalam prinsip menolak kemungkinan ketiga ini tidak adanya istilah sekaligus dalam pemaknaan dua objek yang berbeda tersebut. 

Hasilnya makna baru tersebut sudah terlepas dari makna sesungguhnya (pensil dan penghapus), rumus sederhana prinsip ini adalah kemungkinan pertama dia adalah Tuhan, kemungkinan kedua dia adalah manusia, maka kemungkinan ketiga dia adalah bukan dari keduanya melainkan jika kita paksakan makna maka akan menjadi makna yang terbentuk dari keduanya tetapi tidak memiliki kemandirian identitas dari keduanya (Tuhan dan manusia).

Memahami Logika

Dewasa ini kita tentu dihadapkan dengan segudang persoalan yang dapat menjebak pemikiran kita, seperti yang telah dikatakan oleh aristoteles bahwa logika menjadi dasar kita memahami ilmu pengetahuan. 

Memahami logika merupakan sebuah keharusan karena pada dasarnya logika merupakan aktivitas berfikir yang benar, yang ketika kita merunut suatu persoalan dengan kejelasan dari setiap unsur yang membentuk persoalan tersebut maka kita akan mengetahui makna persoalan atau solusi persoalan tersebut sehingga kita memiliki sikap dan tindakan dalam menghadapinya. Juga sebagai langkah agar kita tidak terjebak dalam pemikiran yang kita temui, karena sejatinya logika mengarahkan manusia pada kebenaran itu sendiri berdasarkan pemaknaan dan keterhubungan dengan makna lainya. 

Dari beberapa bahkan banyaknya penjelasan terkait logika kita bisa menarik benang-merah bahwa sesuatu akan kita terima sebagai sesuatu yang masuk akal ketika kita memahami sesuatu tersebut meski sesuatu tersebut disandarkan atau dikaitkan atau dihubungkan atau dicampurkan dengan sesuatu yang lain. Itulah dikatakan oleh beberapa filusuf bahwa logika merupakan bawaan lahir manusia sebagai mahluk yang berfikir, karena fikiran manusia mengarah pada sesuatu yang tepat, terukur, dan benar. 

Adapun beberapa prinsip diatas bisa dikatakan sebagai kaidah logika itu sendiri atau sebagai cabang dari ilmu logika, karena menurut saya ketika kita berfikir berdasarkan prinsip tersebut niscaya akal akan menerima atau sering kita sebut sebagai sesuatu yang masuk akal, itulah mengapa prinsip diatas dikatakan sebagai prima principia bahwa jika penalaran tidak didasarkan pada prinsip-prinsip tersebut maka akan mengakibatkan penalaran yang kacau.

Begitulah kiranya uraian diatas adalah apa yang saya fahami tentang logika, apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan pemahaman mohon berikan pencerahan kepada saya, karena ini merupakan proses dalam memahami sesuatu. Belajar merupakan suatu aktivitas yang berkelanjutan sampai ke-tiada-an jasad ini.

Sesungguhnya Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui

-Salam Literasi-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun