Mohon tunggu...
Ihsan Putra Wijaya
Ihsan Putra Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Ihsan Putra Wijaya | NIM 43223010035 | PRODI S1 AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS | Mata Kuliah : Teori Akuntansi | Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo M.Si. Ak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kuis 1_Ruang A-301_Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

12 Oktober 2025   03:45 Diperbarui: 12 Oktober 2025   18:05 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk memahami relevansi hermeneutik, kita perlu melihat masalah asli yang dihadapi teori dan praktik akuntansi masa kini — baik dalam dunia akademik maupun dunia nyata.

1. Krisis Etika dan Kepercayaan Publik

Banyak skandal keuangan besar, dari Enron, WorldCom, hingga Wirecard, memperlihatkan bahwa akuntansi sering gagal menjadi alat moral. Laporan keuangan digunakan untuk menutupi kebenaran, bukan mengungkapnya.

Masalah ini bukan semata teknis, melainkan moral dan filosofis. Hermeneutik Dilthey membantu menjawabnya dengan menekankan pemahaman terhadap makna dan nilai. Akuntansi harus kembali menjadi media kebenaran sosial, bukan sekadar alat legitimasi ekonomi.

2. Dehumanisasi di Era Digital

Otomatisasi akuntansi melalui AI, big data, dan blockchain memang meningkatkan efisiensi, tapi sekaligus menciptakan jarak antara manusia dan makna. Data menjadi pusat, sementara manusia menjadi pelengkap.

Hermeneutika mengingatkan bahwa teknologi hanyalah sarana; makna tetap harus ditentukan oleh manusia. Akuntansi yang kehilangan empati akan kehilangan moralitas. Karena itu, akuntansi digital pun perlu dilandasi pemahaman hermeneutik — agar keputusan tetap berakar pada nilai, bukan sekadar algoritma.

3. Keterasingan Profesi Akuntan

Banyak akuntan modern mengalami tekanan etis dan psikologis karena tuntutan efisiensi dan target laba. Mereka sering terjebak dalam rutinitas tanpa memahami makna sosial dari pekerjaannya.

Hermeneutik bisa menjadi jalan untuk mengembalikan kesadaran eksistensial profesi akuntan. Seorang akuntan bukan sekadar penghitung, tetapi penafsir kehidupan ekonomi — penjaga kebenaran dalam sistem keuangan masyarakat.

sumber:Prof.Apollo,FEB UMB
sumber:Prof.Apollo,FEB UMB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun