Mohon tunggu...
Budi Wahyono
Budi Wahyono Mohon Tunggu... Budi Wahyono

Hai! Selamat datang di Jendela Ilmu—tempat di mana kamu bisa melihat serunya kegiatan dan cerita inspiratif seputar dunia Pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Di sini kami berbagi info terkini, dokumentasi acara, prestasi keren dunia pendidikan, sampai momen-momen unik di balik layar Pendidikan dan keseharian. Ditulis langsung oleh tim kreatif kami yang semangatnya selalu ON! Jika ingin tidak ketinggalan informasi, ikuti kami yukz.... Buka jendelanya, dan nikmati cerita seru dari dunia sekolah kami! 📌 Follow terus ya, biar nggak ketinggalan kabar terbaru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SENGOJO NYENGGOL: Membangun Kembali Jati Diri Jawa di Era Digital

26 Juli 2025   21:43 Diperbarui: 26 Juli 2025   21:43 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan Inovasi SENGOJO NYENGGOL (foto: doc/SMPN 2 Delanggu)

Melalui SENGOJO NYENGGOL, siswa tidak hanya belajar kosakata atau tata bahasa, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai tersebut secara praktis. Ketika mereka harus menggunakan bahasa Jawa dengan tingkat kesopanan yang berbeda (ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, krama alus) sesuai dengan lawan bicara, mereka secara tidak langsung belajar tata krama dan sikap hormat. Ini adalah cara efektif untuk membentuk karakter siswa dengan menanamkan nilai-nilai budaya Jawa dalam kegiatan sehari-hari mereka.

Mengajak Semua Berperan: Dari Siswa Hingga Guru 

Salah satu tantangan terbesar dalam pelestarian budaya adalah kurangnya keterlibatan aktif siswa. Mereka sering menjadi objek, bukan subjek pelestarian. SENGOJO NYENGGOL dirancang untuk mengubah paradigma ini. Dengan program ini, siswa menjadi subjek aktif yang "dipaksa" dan diajak untuk menggunakan bahasa Jawa, bahkan jika awalnya terasa canggung. Ini menciptakan ruang yang lebih inklusif, di mana siswa dapat berperan langsung dalam melestarikan budaya mereka melalui pengalaman praktis.

Namun, keberhasilan program ini juga sangat bergantung pada partisipasi guru. Banyak guru mungkin belum terbiasa atau belum dilatih untuk mengajarkan bahasa dan budaya Jawa dengan cara yang efektif dan menarik. Oleh karena itu, pelatihan dan dukungan bagi guru menjadi krusial. Guru harus menjadi teladan dan fasilitator yang antusias dalam program SENGOJO NYENGGOL, menunjukkan bahwa bahasa Jawa itu hidup, relevan, dan menyenangkan.

SENGOJO NYENGGOL bukan sekadar program sekolah biasa; ini adalah gerakan untuk membangun kembali jati diri Jawa di tengah arus globalisasi. Dengan secara sengaja "menyinggung" (nyenggol) siswa untuk menggunakan bahasa Jawa dalam keseharian, program ini diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan, kebanggaan, dan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya yang tak ternilai ini. (Tim Kreatif Esperode)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun