Mohon tunggu...
Slamet Arsa Wijaya
Slamet Arsa Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Sedang berlatih mengaplikasikan kebenaran yang benar, ingin lepas juga dari ketergantungan kamuflase dan kecantikan berlipstik yang mendominasi di lingkungan kita. Sisi lainnya, ingin jadi diri sendiri dan wajib mencintai tanah air sepenuh hati dan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Romantika Jingga Gagal Senja

28 November 2020   05:08 Diperbarui: 28 November 2020   05:14 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Waduh sudah banyak penggemarnya orang ganteng rupanya," balas penulis status menggelitik.

Untung Sumintilla nyanding air hangat, jadi dadanya yang mendadak tersumbat bisa digelontor. Sebel banget suaminya berlebay ria dengan perempuan lain. Apa tidak menjaga perasaan istri mengingat sama-sama ada di grup itu. Atau kesempatan merayu-rayu warga komunitas atau lagi promosi dengan keganjenannya. Hati Sumintilla makin mengkeret dan pikiranya makin rungsing karena banyak komen yang dianggapnya menodai kesetiaan.       

"Hallo kak nanya dong, apa di sini banyak pelajar dan mahasiswa?" tanya perempuan muda.

"Banyak dek, pelajar dan mahasiswa. Aku juga masih pelajar, terutama mempelajari tingkah laku dan kecerdasanmu dek," jawabnya menyanjung selangit.

"Iiihh kok tahu sih kak kalau aku cerdas, hehe," balasnya centil.

 Sumintilla akhirnya menyetop dan menutup ruang durhaka di gadgetnya. Ia akui tidak tahan dan takut hal-hal yang makin membuatnya kalap. Saking kalutnya pada obrolan-obrolan suaminya yang di rasanya kurang ajar tak kuasa mengikuti. Diyakininya, jawaban untuk gadis itu pasti makin mengiris hatinya. Pedih!.

Angin di luar menjelang sore semilir lembut dan segar. Tetapi hawa di ruang garba Sumintilla sumpeg dan sesak. Makanya, begitu suaminya pulang ia langsung bergegas tak sabar ingin mengklarifikasi. Jika tidak mau mengaku ia pun siap juga duel hingga titik hubungan yang penghabisan.

"Nggak usah panjang kata deh mas, kamu ternyata di belakangku main gila ya, jual gombalan dan caper. Ayo ngaku!" serangnya penuh amarah.

"Sabar dulu ada apa ini yang. Jangan baper ngapa?" Karto masih santuy meski diberondong mesiu beracun.

 Dikatain nggak boleh baper emosi Tilla mlejit bagai gas tersulut api. "Jangan macam-macam sini HP-mu kalau kamu tidak punya dosa pasti mudah berikan padaku," pintanya dengan muka terkucek-kucek.

Kartonadi segera menyerahkan dengan maksud mencegah tensinya nggak sampai ke kepala. Ternyata keputusan Karto salah, karena emosi Tilla sudah lebih dulu ke ubun-ubun. Maka, begitu HP sudah ditangannya, segera mau didantingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun