Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Selebrasi Gol yang Cerdas, Benar dan Baik, Tentu Sesuai Laws of The Game

12 Juni 2023   12:55 Diperbarui: 12 Juni 2023   13:06 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membatasi selebrasi gol

Beragamnya selebrasi dalam pertandingan sepak bola hingga sampai melepas kaos sepak bola, Badan Sepakbola Internasional (IFAB), akhirnya menyetujui usulan untuk membatasi perayaan gol, khususnya selebrasi dengan melepas kaos. Hal tersebut tercantum dalam perubahan Laws of the Game di Law 12, yang berlaku 1 Juli 2004 silam.

Laws of the Game bahkan secara jelas menyebutkan bahwa bentuk selebrasi gol yang dilakukan secara kolektif seperti koreografi lebih baik tidak dilakukan oleh pesepakbola. Selebrasi menghampiri atau berbaur dengan penonton juga akan diberi peringatan bahkan kartu.

Berikut bunyi Laws of the Game yang mengatur selebrasi gol, pada Laws 12:

"Pemain dapat merayakan ketika gol dicetak, tetapi perayaan itu tidak boleh berlebihan; Perayaan koreografi tidak dianjurkan dan tidak boleh menyebabkan pemborosan waktu yang berlebihan."

"Seorang pemain harus diperingatkan, bahkan jika gol-nya dianulir, karena: memanjat pagar pembatas dan atau mendekati para penonton dengan cara yang menyebabkan masalah keselamatan dan / atau keamanan, memberi isyarat atau bertindak dengan cara provokatif, cemoohan atau radang, menutupi kepala atau wajah dengan topeng atau benda serupa lainnya"


Bunyi pasal Laws of the Game tersebut, bila kita berpikir negatif, maka akan menganggap bahwa kreativitas dalam merayakan selebrasi gol dibatasi. Ada kasus yang tentu masih dapat kita ingat, ketika Edinson Cavani beberapa tahun silam karena meniru selebrasi ikonik Gabriel Batistuta yaitu menodongkan senapan laras panjang.

Ironis. Sang wasit beranggapan selebrasi Cavani berlebihan dan tidak memberikan contoh yang mendidik karena sarat kekerasan. Ada juga selebrasi gol gaya Mario Balotelli. Perayaan golnya ke gawang David De Gea dengan cara menunjukkan tulisan Why Always Me? juga berakhir dengan hukuman kartu kuning. Wasit menganggap apa yang dilakukan Super Mario berlebihan. 

Padahal kalau dipikir-pikir, pesan tersebut tak bernada rasial, menghasut, atau menyerang publik secara langsung. Namun apa boleh buat, di atas lapangan wasit lebih berkuasa. Dan, nyatanya, selebrasi gol ala Christiano Ronaldo, menjadi sangat ikonik bagi publik sepak bola dunia, tanpa harus mengorbankan diri terkena kartu kuning dan merugikan tim. Tidak memancing emosi lawan atau suporter atau pihak lawan.

Cerdas selebrasi gol

Bila dalam pekan ke-9 LFP ada pelatih yang menghukum pemainnya karena selebrasi gol yang dianggap berlebihan, tentu sang pelatih, minimal sudah memahami Laws of the Game 12. Semoga, kisah pelatih menghukum pemain karena selebrasi gol yang berlebihan, dapat dijadikan teladan untuk para peelatih lainnya, terutama bagi pelatih yang mengampu sepak bola akar rumput.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun