Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Darurat Tak Pernah Muncul, PJJ Terus Bermasalah, Tatap Muka Terpapar Corona, Bagaimana?

7 Agustus 2020   10:03 Diperbarui: 7 Agustus 2020   10:00 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Percuma zona hijau, ternyata ada sekolah buka tatap muka, tetap saja ada yang terpapar seperti di daerah Pariaman Sumatera Barat dan Tegal Jawa Tengah. Namun, apa yang terjadi, ternyata sekolah tersebut hanya bersikap kembali menutup sekolah. Tak melakukan tindakan lanjutan sesuai protokol kesehatan. 

Bagaimana dengan siswa/guru/karyawan sekolah yang terpapar, terus tindakan apa untuk yang belum terpapar tapi sudah ada kontak. Semua ada protokolnya.

Sebelum hal ini terjadi di Indonesia, saya sudah mengingatkan tentang kejadian sekolah tatap muka di Finlandia, Prancis, Inggris, sampai Korea Selatan yang terpapar corona. 

Namun, yang terjadi di sana jelas berbeda. Pemerintahnya langsung turun tangan menindaklanjuti masalah sesuai protikol Covid-19, bukan hanya sekadar menutup sekolah.

Dengan kejadian seperti itu, dan terungkap dalam  acara Sapa Indonesia Pagi Kompas TV Jumat (7/8/2020) yang menghadirkan dua nara sumber Retno L. (Komisioner KPAI) dan Syaiful Huda (Ketua Komisi X DPR RI) dalam bincang Dilema Belajar Tatap Muka yang wajib dikaji kembali, siapa yang memang jadi sasaran anak panah agar kisah ini tidak terulang di Indonesia.

Lalu kira-kira apa dan siapa biang keladinya? Sementara, juga sudah terpublikasi ada orang tua di beberapa daerah yang meminta dan memaksa sekolah tatap muka dibuka kembali.

Teriidentifikasi pula banyak sekolah yang menjalankan program PJJ dengan versinya, juga membiarkan guru-guru berinivasi dengan caranya masing-masing. Orang tua tak diajak diskusi bagaimana yang harus dilakukannya untuk membantu anaknya di rumah.

Ada juga disebut BSNP sudah membuat penyesuaian kurikulum baik dalam standar isi maupun standar penilaian, tapi nyatanya di lapangan masih banyak sekolah dan guru praktik PJJ dengan Kurikulum 13 yang berat.

Lebih ironis, wujud Kurikulum Darurat yang adaptif sesuai kondisi darurat corona, hingga saat ini masih sebatas janji dari Kemendikbud, belum ada wujudnya. Inilah yang sangat disesalkan oleh Syaiful dalam diskusi pagi tadi, sebab corona sudah jalan lima bulan, sebelum tahun ajaran baru janji Kurikulum Darurat sudah diucap, kini tahun ajaran baru sudah mau jalan dua bulan. Apa evaluasi Kemendikbud?

Kurikulum 13 dijalankan dengan tatap muka saja berat, apalagi kini dijalankan dengan PJJ yang belum adaptif sesuai kondisi darurat. Lalu, menguras pulsa.

Dana Bos dalam kondisi normal saja kurang, kini enak sekali Nadiem bilang, pulsa bisa pakai dana Bos. Apa ucapan Mas Menteri ini tak dipikir dulu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun