Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Memaksakan Pindah Ibu Kota, Bila Modalnya Utang?

2 Maret 2020   08:39 Diperbarui: 2 Maret 2020   08:40 1848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Rencana pindah ibu kota yang secara khusus memang kehendak Presiden RI, Jokowi, hingga kini terus menjadi sorotan seluruh rakyat Indonesia. Hingga rakyat masih berharap pindah ibu kota di batalkan, karena modalnya juga harus utang atau dari cukong. 

Andai saja Jokowi yang banyak disindir rakyat di media massa dan media sosial, bukan raja ini, punya uang banyak demi rencana pindah Ibu Kota RI, tidak apa. Tetapi, rencana pindah ibu kota ini, sejatinya bertepuk sebelah tangan karena ngotot dan kukuh dengan keputusannya, namun tidak memiliki modal biaya yang cukup. 

Pertamyaannya, sebenarnya apa yang sedang dicari oleh Presiden kita ini? Sementara rakyat juga masih banyak yang miskin dan menderita. Terbaru, Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan meminta pemerintah transparan soal rencana pemindahan ibu kita yang kabarnya telah didukung oleh 30 investor dari dalam dan luar negeri. 

Untuk apa membangun ibu kota dengan dana dari pihak lain? Sehingga berbagai pihak di negeri ini pun gemas dengan rencana yang memaksakan diri. 

Terkait kabar tentang 30 investor untuk membangun ibu kota baru, Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI Anwar Abbas merespons jika kabar itu benar, jangan sampai ibu kota baru nantinya dikuasai asing. "Kalau yang terakhir ini yang terjadi tentu hal tersebut akan sangat-sangat kita sesalkan," kata dia, dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Minggu (1/3). 

Apa yang diungkapkan Abbas, juga dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia, bahwa selama ini pemerintah tidak terbuka soal strategi pemindahan ibu kota. 

Memindahkan ibu kota jelas bukan perkara kecil, yang seharusnya diketahui oleh rakyat. Andai saja Jokowi dan pemerintahannya memang memiliki dana besar dan rakyat Indonesia juga sudah tidak hidup di bawah garis kemiskinan, maka, tentu saja rencana pindah ibu kota ini tidak akan menjadi persoalan. 

Sejak meluncur niat pindah ibu kota terutama dari Presiden kita ini, rakyat masih bertanya sebenarnya tanah yang akan dijadikan ibu kota baru itu milik siapa? Benarkah aman dari bencana? 

Bila kini rakyat sudah tahu, dibalik partai politik, di balik para elite partai dan pemimpin pemeritahan yang juga dari partai politik ada cukong yang menjadi penyandang dana untuk mereka dan timbal baliknya juga demi bisnis para cukong, maka benarkah 30 investor tersebut kelasnya juga sama dengan cukong atau memang mereka juga statusnya cukong? 

Bila benar, gawat. Ibu kota baru sejatinya adalah keinginan para cukong, dan negeri ini akan terus dikuasai oleh cukong. 

Lalu apa bedanya, negeri ini dengan saat dijajah? Para cukong pun tak ada bedanya dengan penjajah dan partai politik di dalamnya termasuk elite partai yang kini duduk di parlemen maupun kursi pemerintahan, hanya bisa hidup di balik ketiak cukong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun