Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Waspada! Suporter dan Wasit, Tetap Momok bagi Sepak Bola Nasional

20 Februari 2020   18:35 Diperbarui: 20 Februari 2020   18:34 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Jadi, programnya tidak bisa dilakukan secara parsial, namun harus menyeluruh, tidak tentatif, namun berjenjang dan berkelanjutan. Sebab, yang pasti, suporter sepak bola di Indonesia ada spesifikasi khusus. 

Berikutnya, selain suporter, wasit juga tetap menjadi momok setiap laga di Liga 1, 2, dan 3 akan tidak nyaman dan tidak sedap. Meski kini PSSI dan PT LIB menyiapkan teknologi VAR, rasanya teknologi tersebut akan tetap kurang membantu wasit secara pribadi alias kualitas rapor wasit sendiri. 

Sementara di kompetisi sepak bola Eropa, Amerika, dan Piala Dunia, VAR lebih sering dipakai saat menentukan apakah pelanggaran harus pinalti atau bola sudah menjadi gol atau belum, maka wasit akan melihat VAR. 

Coba dalam Liga 1, bagaimana kejadiannya bila wasit malah sudah langsung mengeluarkan kartu merah, padahal pelanggaran tidak keras, tidak ada peringatan, tidak ada kartu kuning seperti kartu merah yang diberikan kepada bek Persija sore tadi. 

Apakah setelah melihat VAR, wasit akan membatalkan kartu merah? Yang pasti, wasit pemimpin laga Persebaya-Persija dalam final Piala Gubernur Jatim tadi, sangat ceroboh. Bagaimana publik tidak langsung berpikir negatif, sebab Persebaya tuan rumah, dan publik bisa saja menuduh, Persija sengaja digembosi di awal laga. 

Kira-kira adakah yang membayar wasit bertindak demikian? Adakah mafia wasit di dalamnya? Untuk pihak polisi, keputusan tak memberi izin laga semifinal antara Persebaya versus Arema FC sudah tepat. 

Namun, mengapa kerusuhan dan korban tetap ada baik dari masing-masing suporter dan masyarakat umum? Sungguh tidak dapat dibayangkan, kira-kira akan seperti apa laga-laga dalam kompetisi sepak bola nasional dengan kondisi suporter yang sudah tidak dapat diarahkan, diatur, dan dikendalikan. 

Lalu kualitas standar rapor wasit yang masih memprihatinkan. Sementara, lebih sering, para komentator siaran langsung di televisi juga memberikan komentar yang justru menyulut masalah. Bukan bersikap obyektif, terkadang menilai dan mengomentari wasit dan pemain atau kejadian yang mengakibatkan kontraproduktif. Camkan itu para komentator di televisi, bukan memperkeruh suasana dengan komentarnya. 

Semoga turnamen pramusim Piala Gubernur Jatim, benar-benar menjadi kewaspadaan seluruh stakeholder sepak bola nasional menjelang bergulirnya Liga 1, 2, dan 3. 

Jangan sampai semua kekisruhan dan rusuh suporter menjadi nilai negatif yang bisa jadi dapat megancam Indonesia dicabut jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh FIFA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun