Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suburnya "Keminter dan Keblinger" di Negeri Ini

13 Januari 2020   09:49 Diperbarui: 13 Januari 2020   10:14 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: BudayaJawa.id

Kembali kepada persoalan proses belajar, khusus untuk yang bercita-cita meraih gelar pendidikan formal, hingga kini prosesnya tetap bukan pekerjaan semudah membalik telapak tangan, meski setelah meraih gelar pun, tidak mudah pula bersaing dalam mendapatkan pekerjaan sesuai gelarnya. 

Sebab, meski telah meraih kertas bertulis ijazah S-1 dan S-2 hingga S-S lainnya, kualitas dan kemampuan asli individu setiap orang dapat dilihat, diukur, dan diuji dengan takaran obyektif. 

Di dunia nyata bahkan banyak kita jumpai "kualitas dan kemampuan" peraih gelar pendidikan di bidangnya kalah jauh dari yang tak bergelar pendidikan, karena lebih bertumpu pada pengalaman dan keuletan. 

Sementara para peraih gelar, hanya bersembunyi dibalik ijazahnya, tanpa kemampuan memadai. 

Atas fakta ini, maka tak salah bila lantas banyak sekali muncul orang-orang yang mendadak mengaku dan duduk sebagai tenaga ahli, profesional di bidang ini dan dibidang itu, meski hanya mendapat pendidikan sekelas seminar dan TOT. 

Sementara perekrutan dalam seminar dan TOT pun lebih bersifat kolega/pertemanan, bukan karena fakta "kemampuan dan kualitas" individu sesuai keahlian dalam bidangnya. 

Kondisi ini, semakin diperkeruh oleh kehadiran media massa, media online, medsos, dan saluran televisi yang dengan gampanganya memberikan "gelar" kepada para nara sumbernya dengan "embel-embel" tenaga ahli, pengamat, praktisi dan sebagainya. 

Luar biasa, di negeri ini, dunia menjadi terbalik. Hal yang tidak perlu dipersoalkan malah menjadi masalah, bahkan viral. Masalah kecil yang seharusnya mudah diselesaikan, menjadi tambah besar, melebar, keruh, dan kisruh. 

Sementara masalah yang besar, bila datang dari pemimpin, elite politik, partai politik, hingga pemerintah, justru dialih-alihkan. 

Namun, bila masalah besar bukan datang bukan dari "pihak mereka", maka akan menjadi lahan empuk untuk saling "menyerang." 

Semua itu akibat adanya "gorengan" dari semua stakeholder yang menciptakan para ahli, pengamat, dan praktisi dadakan. Sampai kapan negeri ini akan terus "memproduksi" orang-orang "keminter dan keblinger" yang terus bertumbuh subur, bahkan diberikan panggung luas di area yang seharusnya menjadi contoh bagi rakyat? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun