Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola

Sukmajaya, Kabomania, Salfas Soccer, Bina Taruna, Sparta, dan Diklat Merden, Siap Bersaing di Festival antar Provinsi Piala M Yana Aditya

18 September 2019   22:39 Diperbarui: 18 September 2019   22:57 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Supartono

Mengelola pembinaan sepak bola usia dini dan usia muda (akar rumput) dalam sebuah wadah bernama Sekolah Sepak Bola (SSB) atau Akademi Sepak Bola (ASB), bukanlah pekerjaan semudah membalik telapak tangan. 

Kendati di Indonesia sejak tahun 1999, telah menjamur lahirnya SSB dan ASB, namun hanya SSB dan ASB yang dikelola dan dibina dengan benar, yang hingga kini dapat bertahan dan tetap bernafas. 

Namun, meski banyak SSB dan ASB yang dikelola dengan benar, tetap saja banyak yang berguguran. Mengapa? Pendanaan dan keluarnya siswa karena usianya telah lulus dari SSB atau ASB menjadi dua faktor sebab mereka tak lagi dapat meneruskan nafas pembinaan. 

Pendanaan yang selama ini hanya mengandalkan dari iuran siswa dan subsidi pemilik SSB atau ASB serta bantuan donasi/sponsor dari perusahaan orangtua siswa atau koleganya, biasanya umurnya hanya sesuai siswa menjadi anggota SSB atau ASB. 

Akibatnya, pendiri atau pemilik SSB atau ASBlah yang pada akhirnya berjibaku menjadi tembok pendanaan. Istilahnya "hanya orang-orang gila saja yang mau mengurusi SSB atau ASB di Indonesia," karena sejak SSB menjamur, sangat sulit sebuah SSB mendapat dukungan dari sponsor atau tunjangan dana dari stakeholder terkait. 

Karenanya siapapun yang tetap bertahan sejak menjadi pendiri/pemilik dan terus mengelola SSB atau ASB hingga kini, mereka bak orang-orang gila itu. Karena niat tulus membantu anak-anak dalam bermain sepak bola, meski harus membayar sewa lapangan, membeli perlengkapan latihan, hingga wajib membayar transport pelatih yang tidak pernah tertutup dari iuran bulanan siswa, nyatanya hingga kini SSB dan ASB yang model demikian masih banyak yang bertahan. 

Banyak SSB dan ASB baru yang lahir, tetapi visi misinya sungguh jauh dari model SSB dan ASB yang murni membantu pembinaan sepak bola usia dini yang bahkan pendiri/pemiliknya rela berhutang demi SSB dan ASBnya tetap bernafas. 

Atas kondisi itulah, SSB dan ASB yang telah berjibaku melakukan pembinaan secara murni, bukan mencari uang lewat pembinaan anak usia dini, bukan comot pemain dari SSB dan ASB sana-sini demi mengejar prestasi tropi lalu mengaku-ngaku telah menjadi bagian dari siapa yang melahirkan siapa, maka sangat layak dan wajar bila ada wadah yang memberikan penghargaan khusus kepada SSB dan ASB yang tahan banting di tengah kondisi dan iklim sepak bola nasional yang tak kunjung membaik. 

Setali tiga uang, minimnya penghargaan dan pengakuan atas pembinaan sepak bola akar rumput khusus kepada Sekolah SSB dan ASB yang telah melakukan pengelolaan dan pembinaan dengan benar, tahan banting dari stakeholder terkait, membikin SSB Sukmajaya Depok menginisiasi lahirnya Festival Sepak Bola antar Provinsi yang sudah digulirkan pada 25 Desember 2018 dengan memulai menghargai secara khusus pembinaan SSB di Provinsi DKI, Jawa Barat, dan Banten. 

Festival antar provinsi ini benar-benar memilih SSB di setiap provinsi yang telah malang melintang dalam pembinaan secara mandiri, terorganisir, manajemen mumpuni, dan berprestasi bukan hanya dalam raihan piala, namun dalam hal berjibaku mengelola pembinaan yang telah teruji oleh waktu, panas, dan hujan. 

Sehingga festival ini, ibarat putaran final atas penghargaan SSB tersebut. Teknisnya, setiap provinsi di pilih hanya 1 SSB berdasarkan pengamatan langsung oleh Drs. Supartono, M.Pd, pengamat sepak bola nasional yang telah menjadi saksi bersama almarhum Ronny Patinasarani (Saat menjabat Pembina Usia Muda PSSI) atas menjamurnya SSB di Indonesia sejak tahun 1999. 

Jauh sebelum lahirnya festival antar provinsi, SSB Sukmajaya yang lahir dan berdiri sebelum Kota Depok lahir, telah menggelar berbagai event festival,  turnamen, dan kompetisi antar SSB sejak tahun 2001. Waktu itu, bahkan belum ada Liga TopSkor, Liga Kompas, Kompetisi IJSL, dan Kompetisi IJL yang kini cukup kita banggakan sebagai turnamen swasta  di Indonesia, karena telah menelurkan pemain-pemain handal Timnas muda Indonesia. 

Saat HUT SSB Sukmajaya ke 13, lahirlah Festival 3Wulan SSB Sukmajaya se-Jabodetabek dan sekitarnya dengan peserta hingga 144 tim dari tiga kelompok umur (U-9, U-11, dan U-13). 

SSB Sukmajaya yang bermarkas (sekreteriat) di Jalan Studio Alam TVRI Perum Sukmajaya Permata Blok G.10 Depok. Telepon 021-77824937, 08179831425, dan 087875272387 serta  terus dan tetap konsisten melakukan pembinaan dan pelatihan setiap Rabu-Jumat (15.45-17.45) dan Minggu (07.30-10.00) di Lapangan 328/Lapangan Tembak 100/Lapangan Tembak 300 Kostrad Cilodong Depok, kini bersiap kembali memberikan penghargaan kepada SSB-SSB yang telah diamati. 

Bila tahun 2018 penghargaan diberikan bertahap kepada perwakilan SSB terpilih dari provinsi DKI, Jawa Barat, dan Banten, maka di tahun 2019 berkembang menjadi penghargaan untuk SSB-SSB terpilih se-Jawa, yaitu ditambah dari perwakilan provinis Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Event yang terus didukung oleh Askot PSSI Kota Depok dan Disporyata Kota Depok, menjadi bergigi, sebab sertifikat kejuaraan sah dapat digunakan sebagai bekal pemain/siswa untuk dapat bersaing memasuki sekolah formal melalui jalur prestasi. 

Selain itu, seperti pada tahun 2018, Festival tahun ini, 2019, Harian TopSkor dan Harian Radar Depok (Grup Jawa Pos) pun tetap setia menjadi media partner. 

Kekhususan lain dari festival antar provinsi ini adalah setiap SSB menyertakan seluruh siswanya di setiap kelompok umur U-8, U-10, dan U-12. Bila siswa U-8/10/12 ada 40 maka, 40 siswa wajib disertakan semua. 

Itulah esensi dari pelatihan dan pembinaan murni. Dengan demikian, meski hanya mempertandingkan tiga kelompok usia, dipastikan, setiap SSB akan memboyong ratusan siswa ke festival. 

Berikutnya, SSB terpilihpun tidak perlu menyeleksi pemain, karena seluruh siswa di setiap SSB wajib dilatih dan dibina dengan porsi yang sama untuk mengikuti festival ini. Festival yang akan kembali memperebutkan Piala Bergilir Mochamad Yana Aditya (Pembina SSB Sukmajaya), digelar di Lapangan 328 Kostrad Cilodong pada Minggu, 29 September 2019, telah dipilih dan ditetapkan pesertanya yaitu: 

U-8, SSB Sukmajaya dan SSB Kabomania (Jawa Barat), SSB Salfas Soccer (Banten), dan SSB Bina Taruna (DKI).

U-10, SSB Sukmajaya dan SSB Kabomania (Jawa Barat), SSB Salfas Soccer (Banten), SSB Bina Taruna (DKI), dan SSB Sparta (DKI). 

U-12 SSB Sukmajaya dan SSB Kabomania (Jawa Barat), SSB Salfas Soccer (Banten), SSB Bina Taruna (DKI), SSB Sparta (DKI), dan Diklat Merden (Jawa Tengah). 

Untuk perwakilan dari Jawa Timur, karena tim yang dipilih berhalangan hadir, maka panitia tidak mengganti dengan tim lain.

Semoga Festival berjalan lancar. Selamat bertanding atas nama pembinaan sepak bola murni di sektor akar rumput. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun