Mohon tunggu...
Nawa
Nawa Mohon Tunggu... Freelancer - time watcher

Banyak baca sedikit menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Alasanmu Bertahan Sampai Kini

27 Oktober 2018   19:01 Diperbarui: 27 Oktober 2018   19:13 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap dari kita pasti memiliki keinginan, harapan, dan cita-cita yang selalu ingin kita capai. Dengan cara kita usahakan kita upayakan, berjuang sekuat tenaga untuk meraihnya dan berdo'a.

Dibalik itu semua selalu ada syarat dan prasyarat yang harus dipenuhi, ditempuh dan mau- atau tidak mau meskipun terpaksa ataupun ikhlas harus kita jalani, ialah kegagalan, kejatuhan, kesedihan, kekecewaan, kesakitan dan keputus asaan.

Namun, diantara harapan cita dan syarat itu diantara kita amat sangat beruntung karena Dia, Tuhan kita telah menitipkan seorang malaikat yang akan siap- sedia mendampingi semampunya sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan untuk kita, dan dia adalah Ibu, amak, ambu, bunda kita.

Hikayat

Kamu tidak hanya akan menemui satu dua kisah keberhasilan putra- putri insan terbaik dibumi sepanjang masa. Melainkan ada ribuan jutaan kisah yang mungkin tidak sempat dicatat dalam sejarah, dimana anak manusia yang awalnya begitu lemah, dalam keterbatasan atau minim motivasi. Bisa menjadi begitu kuat tegar, gigih dan bersemangat mempertahankan hidupnya. Serta memperjuangkan cita- citanya hingga berhasil mencapai apa yang menjadi hajat nya. Hebat.

Berkat dorongan, dukungan, dan do'a dari seorang malaikat tak bersayap.

Adapun

Kisah memilukan, dan dongeng seperti maling kundang yang durhaka terhadap ibunya. Betapa Jayanya berhasil dan sukses nya seorang anak tidak terlepas begitu saja oleh andil orang tuanya. Maka mereka yang dipuncak kesuksesan sesekalinya mencempakkan, menyakiti, melukai hati Ibunya, maka Tuhan tidak akan segan- segan memberi ganjaran, sebagai pembelajaran bagi insan manusia pada masa berikutnya.

Seyogyanya

Kita selalu memproiritaskan Ibu, kedua orangtua kita dalam menjalani kehidupan dalam keadaan seperti apapun. Toh pada akhirnya, bagaimanapun keadaan kita dengan restu orangtua biasanya semua akan selalu terlewati dengan mudah dan perasaan lega. Sesulit dan seberat apapun cobaan dan ujian hidup. Kita perlu mengingat sewaktu kita kecil dulu bagaimana Ibu memperjuangkan kita agar bisa tersenyum sama dengan teman- teman sepantaran kita. Hanya agar kita tidak merasa minder diantara yang lain.

Betapa keringat yang sudah tercucur tanpa memperhitungkan imbalan nantinya atau mengharapkan balasan yang setimpal dari kita nantinya. Hanya demi kebahagiaan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun