Mohon tunggu...
Sitta Taqwim
Sitta Taqwim Mohon Tunggu... profesional -

Pejalan, pemintal kata, tukang potret, pecinta Bangunan kuno, gunung dan matahari.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jejak Jakarta (2): Museum Sumpah Pemuda, Sumpah Aku Muda!

16 Maret 2014   22:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:52 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_326776" align="aligncenter" width="438" caption="Diorama Kongres Pemuda pada 27-28 Oktober 1928"][/caption]

Sesekali cobalah linglung di jalanan Jakarta. Suatu siang, usai rapat di daerah Raden Saleh, saya putuskan menyusuri jalan Kramat menuju Museum Sumpah Pemuda. Berjalan kaki di Jakarta adalah sebuah seni. Kau bisa menjumpai tukang tambal ban terkantuk-kantuk, pemilik kios rokok dan losion antinyamuk termangu seraya berkipas-kipas, orang-orang yang entah menanti apa di satu halte tua, hingga gerobak kue cubit, pancong, siomay, cilok dan es doger yang membuat matamu jelalatan. Siang itu, saya melangkah dengan rute zigzag, di atas trotoar tak rata, di bawah matahari yang bak diktator, sembari memanggul laptop dan dokumen.

Kemana kita melepas jemu di Jakarta yang parasnya akhir-akhir ini penuh “jerawat”? Jakarta, ia gadis modern yang sedang jerawatan. Apalagi kalau bukan jerawat jelang Pemilu? Foto-foto caleg tak terkenal menclok nyaris di semua penjuru kota. Saya seorang golput sejak usia 17. Saya percaya, foto manusia yang layak dipajang di jalanan hanya foto pahlawan yang sudah mati. Namun di tahun politik ini, saya sungguh tak selera melihat foto Bung Karno disandingkan dengan politikus kelas teri.

Ah, mengapa pula prolog tulisan saya sinis begini? Masih ada hal baik dalam raga Si Gadis Metropolitan. Jakarta adalah kota penuh museum. Sebelas tahun merantau, saya belum melongok semua museum di ibu kota. Saya masih muda meski tak semuda dulu. Nah, demi menjaga kemudaan saya, berkunjunglah saya ke Museum Sumpah Pemuda. Wajah-wajah pahlawan yang sebenarnya kini hanya berdiam dalam kesunyian museum. Di sana, saya tak berikrar tiga sumpah anak-anak muda era 1920-an. Saya hanya memekik dalam hati, “Sumpah, aku muda!”





Kisah Indekos di Masa Revolusi

Para mahasiswa perantau pasti tahu betul suasana indekos. Jam-jam seusai kuliah akan dilewatkan dengan aneka obrolan. Saya termasuk penghuni indekos, karena itu saya tertarik mengunjungi museum ini, yang dulunya merupakan pemondokan mahasiswa pada 1920-an.

Menjelang abad ke-20, sekolah-sekolah mulai muncul di kota-kota besar di Jawa. Pelajar pun berdatangan dari seluruh penjuru negeri. Asrama sekolah tak cukup lagi menampung pelajar-pelajar, maka indekos atau pemondokan mahasiswa (Commensalen Huis) pun hadir. Rumah indekos di Jalan Kramat 106 milik Sie Kong Liong adalah salah satu yang menjadi favorit kalangan pemuda saat itu. Letaknya yang dalam area Weltevreden memiliki kemudahan akses transportasi, lantaran jalan besar di depannya juga dilewati trem listrik yang menghubungkan antara Senen dan Mesteer Cornelis (Jatinegara).

[caption id="attachment_326778" align="aligncenter" width="368" caption="Batavia Tempo Dulu"]

1394957712113892153
1394957712113892153
[/caption]

[caption id="attachment_326779" align="aligncenter" width="368" caption="Pintu Kecil, Batavia"]

1394957844860094485
1394957844860094485
[/caption]

[caption id="attachment_326780" align="aligncenter" width="374" caption="Weltevreden, Pasar Baru"]

13949579211685033960
13949579211685033960
[/caption]

Sejak 1925, Indekos Kramat 106 menjadi tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java. Mayoritas dari mereka adalah pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias STOVIA dan Recht Hooge School (Sekolah Tinggi Hukum). Selain sebagai tempat tinggal, bangunan itu juga digunakan untuk tempat latihan kesenian dan diskusi politik para anggota Jong Java. Aktivis Jong Java menyewa bangunan ini karena kontrakan sebelumnya di Kwitang terlalu sempit untuk menampung kegiatan diskusi politik dan latihan kesenian Jawa. Anggota Jong Java dan mahasiswa lainnya menyebut gedung ini Langen Siswo. Langen artinya bersenang-senang, atau menikmati suatu keindahan.

[caption id="attachment_326781" align="aligncenter" width="389" caption="Tiruan suasana pemondokan Kramat 106 "]

13949580181878514557
13949580181878514557
[/caption]

[caption id="attachment_326782" align="aligncenter" width="292" caption="Kisah Pemondokan Mahasiswa Jalan Kramat "]

13949580691829900352
13949580691829900352
[/caption]

[caption id="attachment_326783" align="aligncenter" width="288" caption="Patung tiruan dua pemuda pemondokan sedang membaca suratkabar Benih Mardeka terbitan Selasa, 20 Januari 1929. Tertulis slogan: “Orgaan oentoek menoentoen keadilan dan kemardekaan”. Suratkabar yang pada 1929 memasuki tahun kelima itu diterbitkan setiap Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu kecuali hari yang dimuliakan (maksudnya mungkin hari libur nasional). "]

13949581321886550072
13949581321886550072
[/caption]

Setelah Perhimpunan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI) didirikan pada September 1926, bangunan itu lalu dijadikan kantor dan redaksi majalah PPPI, Indonesia Raja. Penghuni indekos kerap mengundang tokoh seperti Bung Karno untuk berdiskusi. Lantaran sering dipakai kegiatan pemuda pergerakan nasional, mereka menamakan gedung ini Indonesische Clubhuis, tempat resmi pertemuan pemuda nasional. Sejak 1927, mereka memasang papan nama gedung itu di depan.

[caption id="attachment_326784" align="aligncenter" width="288" caption="Lambang berbagai perkumpulan pemuda pada 1920-an"]

13949583221181250215
13949583221181250215
[/caption]

[caption id="attachment_326785" align="aligncenter" width="384" caption="Remaja dan anak-anak, pengunjung museum siang itu."]

13949583711518082555
13949583711518082555
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun