Mohon tunggu...
Poloria Sitorus
Poloria Sitorus Mohon Tunggu... Novelis - Mantan Jurnalis yang ingin terus menulis. Pecinta Novel, Dongeng dan Puisi. Hobi nulis, baking cake dan berkebun.

https://dapurpenadeardomoms.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ranti Widiana - Tidak Gengsi Jual Opak Singkong Demi Membangun "Cahaya Ilmu"

1 Desember 2022   11:08 Diperbarui: 3 Desember 2022   17:45 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Niat saya dalam batin, saya sangat ingin membantu ekonomi keluarga namun tanpa harus kerja jauh serta bisa mengurus atau momong anak saya dengan baik," kisah Bunda Ranti pada sebuah pagi saat kami bertemu di Gedung II PAUD Cahaya Ilmu dalam wawancara singkat beberapa waktu lalu.

"Tahun demi tahun, ternyata anak-anak yang ingin bimbingan belajar kepada saya, terus bertambah," ucap Bunda Ranti. "Kemudian pada tahun 2010 ada sekitar 60 siswa yang mendaftarkan diri ingin bimbingan belajar kepada saya. Dan saat itu, beberapa wali/orangtua murid meminta saya untuk pengadaan seragam sekolah, tas, dan fasilitas lainnya. Atas permintaan inilah akhirnya saya berpikir untuk menggagas nama PAUD CAHAYA ILMU dan mengurus legalitas sekolah T.K ini secara formal," kisah Bunda Ranti dengan cahaya mata yang berbinar mengisahkan sembari mengingat kembali potongan-potongan perjuangannya demi membangun PAUD CAHAYA ILMU.

Setelah ada calon siswa yang mendaftar hingga 60 anak, Bunda Ranti pun memberanikan diri merekrut 2 orang tenaga pengajar untuk membantunya di PAUD CAHAYA ILMU. "Sebenarnya kepada 2 orang guru honorer itu pun, saya meminta agar mereka mengajar dengan ikhlas, sebab saat itu saya belum sanggup memberi honor yang layak atau sepantasnya bagi mereka," jelas Bunda Ranti.

Saat itu Bunda Ranti hanya bisa memberikan Rp.250.000; per bulan untuk masing-masing guru honorer yang membantunya mengajar. Sementara untuk tambahan biaya-biaya lainnya, Bunda Ranti bersama suaminya melakukan budidaya Jamur pada sepetak tanah kosong di sebelah rumahnya. Dalam proses belajar-mengajar pun, Bunda Ranti masih harus menggunakan rumah tinggalnya, bahkan kamar tidur dan teras sebagai ruang belajar bagi murid-muridnya. "Setiap pagi kami harus bangun subuh, lalu bereskan semua barang-barang, termasuk kasur. Kamar juga harus segera dikosongkan dan ditata rapi, meja-meja disusun untuk menyambut anak-anak belajar. Begitulah setiap hari selama bertahun-tahun, sampai kami berhasil membangun Gedung Sekolah yang sekarang ini," kisah Bunda Ranti dengan senyum khasnya.


"Lalu kami memulai budidaya Jamur sekitar tahun 2012 hingga tahun 2015 untuk tambahan dana pembangunan Sekolah," kenang perempuan kelahiran Solo itu. "Kami menggunakan sepetak tanah kosong di sebelah rumah kami untuk budidaya Jamur tersebut. Saat itu kami bisa panen Jamur sekitar 15 Kg hingga 20 Kg per bulan dengan harga rata-rata Rp.30.000 per Kg. Kemudian Jamur yang baru dipanen itu dititipkan ke warung-warung di sepanjang jalan yang ada di sekitaran Adi Sucipto, hingga Pasar Palaran, Bukuan dan beberapa daerah lainnya untuk dijual. Uang hasil penjualan Jamur tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit sebagai tambahan dana untuk membeli sepetak tanah di sebelah rumah kami, tempat berdirinya bangunan Gedung I PAUD CAHAYA ILMU yang sekarang ini," tutur Bunda Ranti dengan senyum sumringah.

Memiliki sebuah cita-cita yang besar demi ingin membangun sebuah Sekolah untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di lingkungan tempat tinggalnya, bukanlah hal mudah. Banyak rintangan, hambatan dan cobaan demi cobaan yang datang silih berganti tidak menjadi penghalang bagi Bunda Ranti. Namun rintangan dan cobaan itu oleh Bunda Ranti dijadikannya sebagai cambuk dan memotivasi diri untuk berjuang lebih keras lagi. 

Bunda Ranti dengan dukungan penuh dari suaminya tetap gigih dan berjuang terus tanpa henti demi terbangunnya Gedung Sekolah PAUD CAHAYA ILMU. Meski pada tahun 2013 silam, pasca melahirkan anak keduanya yang usianya hanya diizinkan 7 hari oleh Sang Pemberi Nafas Kehidupan, Bunda Ranti mengaku mengalami keterpurukan yang dalam. Mentalnya sempat down dan saat itu merasa benar-benar ingin menyerah dan ingin mengakhiri langkahnya dan impiannya. Kesedihan mendalam yang dialami oleh Bunda Ranti atas kehilangan anak keduanya itu membuatnya hampir menyerah dan prustrasi ketika itu. 

"Saat itu saya merasa dunia seperti runtuh seketika," kisah ibu dari satu anak itu pada saya di tengah ruangan kelas di Gedung II PAUD CAHAYA ILMU. Namun atas dukungan dan dorongan serta motivasi yang besar dari sang suami, Bunda Ranti berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya. Berdiri dan memulai langkah baru lagi. Berusaha menghapus air mata dan menyembuhkan duka dari hatinya yang dalam. Berusaha untuk tetap tegar dan berusaha untuk terus memperjuangkan PAUD CAHAYA ILMU.

"Di tahun penuh cobaan itu, Allah seperti ingin menunjukkan sebuah keajaiban kepada saya," ucap Bunda Ranti penuh haru. "Sebab tiba-tiba di tahun 2013 itu ada sekitar 100-an lebih anak yang mendaftarkan diri ingin menjadi murid di PAUD CAHAYA ILMU," tutur perempuan lulusan UMY itu dengan mata berkaca-kaca.

Ide Membuat Opak Singkong

Bunda Ranti didampingi oleh suami dan anaknya melakukan berbagai usaha demi mengumpulkan dana untuk pembangunan PAUD CAHAYA ILMU yang diimpikannya. Bahkan Bunda Ranti tidak sedikit pun merasa gengsi meski harus jualan Opak Singkong demi terwujudnya Sekolah PAUD CAHAYA ILMU yang ingin didedikasikannya bagi Pendidikan anak-anak di sekitarnya dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun