Mohon tunggu...
Siti Yhunis Arum
Siti Yhunis Arum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jadikan kegagalan hal biasa, agar tak pernah menyerah.

Jangan Lupa Follow:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ingat Ya, Kita Tamu

18 September 2020   15:57 Diperbarui: 18 September 2020   16:09 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bumi menjerit, hanya saja ia tak bisa bersuara. Ia sudah berselimut bau busuk dengan sampah-sampah ulah manusia.

Siswa ini hanya bisa tinggal diam, menyaksikan, dan menjadi bisu melihat prilaku tamu bumi yang tidak tahu diri ini. Setelah keterlanjuran itu terjadi, ia mendekati bapak-bapak yang sedang membawa tempat sampah yang sudah bersih tak ada lagi sampah berkerumun di sana. Siswa itu sambil berkata, "Pak, apakah Bapak akan menjamin sampah itu baik-baik saja?"

Bapak itu terdiam bingung tak bisa menjawab.

"Bukankah Bapak sudah melihat dengan jelas di televisi, dan merasakan dengan getir saat musibah banjir datang meresahkan kita semua?" Lanjutnya. Dan Bapak itu masih tetap terdiam membayangkan ketakutan yang terjadi beberapa waktu silam. 

"Itu semua karena ulah kita sendiri Pak." Jelasnya lagi sambil menunjuk tempat sampah yang bapak-bapak itu pegang, lalu ia mempraktekan prilaku yang baru saja dilakukan bapak-bapak tersebut dengan kedua tangan kosongnya.

"Ingat Pak, kita tamu." Terucaplah slogan yang menyadarkan. 

"Saya permisi ya, Pak." Siswa itu membungkukkan badannya tanda hormat bahwa ia izin pamit.

Tanpa sepatah kata pun, Bapak itu tersadar dengan sendirinya. Bahwa memang benar, kita adalah tamu di bumi ini. Sebelum Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke bumi, lalu anak cucunya yang semakin pesat terlahir. Sebelumnya ini masih terasa aman dan nyaman oleh penghuninya yaitu hewan, tumbuhan, air, tanah, udara, dan lain sebagainya seisi bumi ini. Kita, manusia, hanya tamu. Sopan lah sedikit, meski ini sudah di ujung keterlaluan, tak ada salahnya jika di mulai dari sekarang kita sadar.

Jumpa dengan apa yang sekarang kita saksikan dan rasakan. Virus yang berevolusi dan menyebar sangat pesat. Hal ini pun memicu pemikiran dan beredar dugaan bahwa virus ini mematikan, dan itu sudah nyata banyak korban berjatuhan. Penyebarannya sendiri melalui sebaran pernapasan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk maupun bersin. Sebaran tersebut mendarat dari mulut ataupun hidung orang sekitar yang berada di dekatnya, dan mungkin sampai terhirup ke dalam paru-paru yang dapat menyebabkan sesak napas. Saat seseorang menyentuh benda yang terpapar pun, penularan virus ini bisa saja terjadi. 

Dalam situasi luar biasa ini seperti pandemi yang tengah melumpuhkan dunia. Mengikuti arahan pemerintah dan protokol tenaga kesahatan adalah cara agar virus yang mewabah itu cepat musnah. Jaga jarak, dan tetap diam di rumah, tidak kemana-kemana jika tidak memiliki kepentingan. Itulah upaya demi upaya yang sebelumnya tak pernah kita pikirkan.

Berangsur-angsur bumi ini menerima penderitaan. Demamnya semakin tinggi. Seharusnya makhluk yang ada di planet ini melakukan sesuatu untuk menyemangati tempat tinggalnya sendiri. Makhluk yang bisa menyembuhkan tempat singgahnya sendiri adalah yang memiliki akal. Dan yang dikaruniai akal adalah manusia. Iya, itu kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun