Mohon tunggu...
Siti Sopiyah
Siti Sopiyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa IIQ A-Nur yogyakarta Fakultas ushuluddin Prodi ilmu al-qur'an dan tafsir (IAT)

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. – (Q.S Ali Imran: 159)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Sekilas terkait Metodologi Penafsiran Al Quran

14 Januari 2021   14:59 Diperbarui: 14 Januari 2021   17:40 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

               Al-Qur'an merupakan sumber utama atau pedoman yang paling utama bagi umat beragama islam dan Al-Qur'anlah yang menghantarkan kita pada pengetahuan keagamaan yang kita lakukan sehari-hari. Sebab, didalam Al-Qur'an terdapat ajaran-ajaran keagamaan. Oleh karena Al-Qur'an merupakan sumber ajaran, tidak bisa kita pungkiri lagi, bahwa banyak orang berbondong-bondong untuk mempelajari isi kandungan Al-Qur'an. Bahkan, tidak hanya dari kalangan umat islam saja yang ingin menafsirkan Al-Qur'an, dari kalangan non-muslim pun ada pula yang mencoba untuk mempelajari Al-Qur'an. Situasi seperti inilah yang sangat dikhawatirkan karena konsekuensinya akan berimbas pada kemurnian ayat Al-Qur'an itu sendiri. Oleh karena itu, pentingnya umat islam dalam memahami tafsir Al-Qur'an dengan metode-metode yang tepat. Sehingga, umat islam tidak mudah terpengaruh oleh hasil pemikiran non-muslim yang ingin memecah belah umat islam.

              Perlu kita ketahui bersama, bahwa didalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang menyimpan ma'na global atau mujmal sehingga dalam upaya menyelami kandungan dan isi Al-Qur'an kita harus memiliki kemampuan untuk memahami tafsir Al-Qur'an agar kita dapat mengerti dan paham apa yang dimaksud oleh Al-Qur'an yang sebenarnya.

Nah, dalam upaya menafsirkan Al-Qur'an ini kita membutuhkan Thariqah yakni metode atau cara dalam menafsirkan Al-Qur'an. Metode inilah yang memiliki peran penting dalam menafsirkan Al-Qur'an. Karena, cikal bakal kesempurnaan atau ketepatan penafsiran, dapat tercipta apabila metode yang kita gunakan itu benar Dan kesalahan metode yang kita gunakan dapat melahirkan kesalahan pula dalam penafsiran.

Mengenal tafsir Al-Qur'an

Sebelum kita mengenal terkait metode-metode penafsiran Al-Qur'an tentunya kita juga  harus mengetahui dahulu apa yang dimaksud dengan tafsir Al-Qur'an itu sendiri.

Tafsir secara bahasa adalah Al-Fasr yang berarti menjelaskan atau menyingkap ma'na yang abstrak. Sedangkan tafsir secara istilah menurut Syekh Al-Jurjani dalam kitabnya At-Ta'rif yaitu menjelaskan ma'na ayat baik bentuknya, kisahnya, maupun sebab diturunkannya Al-Qur'an dengan lafadz tertentu yang menunjukkan ma'na dalalah dzohir.

Adapun tafsir menurut Abu Hayan adalah  ilmu yang membahas tentang cara pengungkapan kata-kata Al-Qur'an baik petunjuknya, maupun hukum-hukumnya secara tunggal atau tarkib. Jadi, dari penjelasan tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah yang mana didalamnya terdapat ayat-ayat yang bersifat global ataupun mujmal. Sehingga, ayat tersebut perlu dijelaskan lagi agar tidak ada terjadinya kesalahan dalam memahami Al-Qur'an.

Nah, dalam memahami Al-Qur'an yang benar, tentunya kita memerlukan metode agar pemahaman kita dapat terarah, dan terciptalah pemahaman yang sempurna.  Dalam metodologi Al-Qur'an ini, banyak orang yang merujuk pada Al-Farmawi yang mana beliau memetakan metode penafsiran menjadi empat bagian pokok, yaitu : Tahlili, Ijmali, Muqarran Dan Maudhu'i berikut penjelasannya :

Pertama. Metode Tahlili (Analitik), Metode ini adalah metode penafsiran Al-Qur'an secara terperinci atau bisa juga disebut dengan Metode Analitik. Adapun maksudnya ialah menafsirkan Al-Qur'an dengan cara menguraikan dan menganalisa ayat-ayat Al-Qur'an secara berurutan  dengan membahas segala makna dan aspek yang terkandung didalamnya.

Adapun metode penafsiran Tahlili ini merupakan metode yang pertama muncul dalam studi tafsir.  Metode ini membahas tentang munasabah (hubungan antara ayat satu dengan yang lainnya), Asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya Al-Qur'an), al-mufradat (kosa kata bahasa arab), Al-Ahkam Fi Al-Ayat, dan Al-Hadist. Adapun metode tahlili ini memiliki 2 corak yaitu Tafsir bil-Ma'tsur dan Tafsir bil-Ra'yi. 

Kedua. Metode Ijmali (Global), Metode ini membahas tafsir secara Global. Jadi, metode ini hanya membahas tafsir Al-Qur'an secara garis besarnya saja tidak terperinci seperti metode Tahlili tadi. Adakalanya pula metode ini terkesan seperti menterjemahkan saja. Jadi, penafsiran dengan menggunakan metode Ijmali ini terkesan ringkas dan padat, menyangkut kata-kata yang memerlukan penjelasan.

Ketiga. Metode Muqarran (Analogi/Komparatif), metode ini berupaya menafsirkan Al-Qur'an dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat, hadist dengan hadist, baik dari segi isi maupun redaksi atau bisa juga antara pendapat dengan pendapat ulama tafsir. Jadi, penafsiran menggunakan metode ini sangat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat dan metode ini juga membarikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Namun, metode ini kurang pas digunakan oleh kalangan pemula. Kerena, metode ini pembahasannya terlalu luas dan bahkan kadang-kadang ekstrim. 

Keempat. Metode Maudhu'i (Tematik). Metode ini ialah metode yang membahas ayat-ayat Al-Qur'an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. dan seluruh aspek yang terkandung dilamnya itu dikaji secara rinci dan tuntas dengan didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jadi, mufassir mencari tema-tema atau topik yang ada ditengah-tengah masyarakat atau berasal dari Al-Qur'an itu sendiri.

Kemudian, tema tersebut dikaji secara tuntas dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat didalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Oleh karena itu, metode Al-Qur'an tematik ini selalu dinamis sesuai dengan tuntutan zaman sehingga menimbulkan image didalam pikiran pembaca dan pendengarnya bahwa Al-Qur'an senantiasa mengayomi dan membimbing kehidupan dimuka bumi ini pada semua lapisan dan stara sosial. Namun, kekurangan dari metode ini yakni dapat membatasi pemahaman ayat. Karena, dengan diterapkannya judul penafsiran, maka pemahaman suatu ayat menjadi terbatas pada pembahasan yang dibahas tersebut.

Metode yang relevan untuk penafsiran masa kini

       Dari berbagai penjelasan mengenai 4 metode-metode penafsiran Al-Qur'an di atas, penulis ingin menarik kesimpulan bahwa metode yang relevan untuk penafsiran pada masa kini atau zaman moderen ini adalah metode Maudhu'i karena metode ini mempunyai peran yang sangat besar dalam penyelesaian suatu tema dengan berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an.

Dengan demikian, metode maudhi'i dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi umat dewasa ini. Selain itu juga dalam metode maudhi'i, mufassir berusaha berdialog aktif dengan Al-Qur'an untuk menjawab tema yang dimaksud secara utuh. Sementara kalau kita perhatikan penafsiran Al-Qur'an dengan metode Tahlili, mufassir justru bersikap pasif sebab hanya mengikuti urutan ayat dan surat dalam Al-Qur'an.

        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun