Mohon tunggu...
Siti Nurhaliza S.
Siti Nurhaliza S. Mohon Tunggu... mahasiswi ilmu komunikasi universitas islam negeri sunan kalijaga | 24107030149

give a friendly hello to the beginner blogger!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Habemus Papam! Paus XIV dan Babak Baru Gereja Katolik

9 Mei 2025   14:16 Diperbarui: 9 Mei 2025   14:16 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Paus Leo XIV (Sumber: Google)

Habemus Papam! Paus Leo XIV dan Awal Baru Gereja Katolik

Pada 8 Mei 2025, bunyi lonceng di Basilika Santo Petrus terdengar di seluruh dunia. Asap putih dari cerobong Kapel Sistina menjadi tanda yang berarti satu hal: seorang Paus baru telah terpilih. Sorak-sorai pun pecah di Lapangan Santo Petrus, Roma. Dalam tradisi yang sudah berjalan selama berabad-abad, dunia kembali mendengar kalimat penuh makna dari balkon utama Vatikan: **"Annuntio vobis gaudium magnum: "Habemus Papam! Aku membawa kabar sukacita besar: Kita punya Paus!"

Orang yang muncul selanjutnya adalah Kardinal Robert Francis Prevost, O.S.A., seorang pria kelahiran Chicago, Amerika Serikat, yang kini dikenang dunia sebagai Paus Leo XIV, pemimpin ke-267 dalam sejarah Gereja Katolik Roma.

---

Dari Chicago ke Chiclayo: Perjalanan Panjang Sang Paus

Robert Francis Prevost lahir pada 14 September 1955 di Chicago, dalam keluarga Katolik biasa. Sejak remaja, ia menunjukkan minat pada kehidupan rohani dan akhirnya bergabung dengan Ordo Santo Agustinus (OSA), sebuah komunitas rohani yang menekankan hidup bersama dan pelayanan kepada sesama.

Setelah ditahbiskan sebagai imam pada 1982, Prevost memilih jalan yang tidak biasa: menjadi misionaris di Peru. Ia menetap di Chiclayo, sebuah kota utara di Peru, dan selama lebih dari dua dekade membantu umat miskin, membangun komunitas, serta menghadapi tantangan pastoral di daerah yang sering terabaikan. Ia kemudian diangkat menjadi Uskup Chiclayo pada 2004 dan dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat serta visioner.

Kiprahnya di Amerika Latin membuatnya sangat dekat dengan semangat pastoral Paus Fransiskus. Tidak heran saat pada 2020, ia ditarik ke Vatikan untuk menjadi anggota Kongregasi untuk Para Uskup---badan penting yang berperan dalam pemilihan uskup di seluruh dunia. Kariernya berkembang pesat: pada 2023, ia menjadi Prefek Dikasteri untuk Para Uskup, salah satu posisi tertinggi dalam Kuria Roma.

Paus dari Amerika: Simbol Globalisasi Gereja

Dengan terpilihnya Paus Leo XIV, Gereja Katolik mencatat sejarah: untuk pertama kalinya, seorang warga negara Amerika Serikat menjadi Paus. Meskipun sebelumnya Paus Fransiskus dari Argentina telah membuka jalan bagi Gereja non-Eropa, Paus Leo XIV memperkuat sinyal bahwa pusat spiritual Katolik tidak lagi terbatas pada satu tempat.

Pengalaman pastoral Leo XIV di Peru dan posisinya di Vatikan menunjukkan bahwa ia memiliki pandangan global serta kepekaan terhadap komunitas yang terlupakan. Ia mewakili semangat Gereja yang "keluar," seperti yang sering dikatakan Paus Fransiskus---Gereja yang hadir di tengah-tengah umat, terutama mereka yang miskin dan terpinggirkan.

Gaya Kepemimpinan dan Fokus Pelayanan

Dikenal sebagai pribadi yang tenang dan tidak suka pusat perhatian, Paus Leo XIV membawa gaya kepemimpinan yang penuh pemikiran namun tegas. Ia mengusung nilai-nilai solidaritas, dialog antariman, dan keadilan sosial. Dalam pidato perdananya sebagai Paus, ia menekankan pentingnya membangun Gereja yang mendengarkan, berjalan bersama umat, dan tidak terjebak dalam birokrasi kekuasaan.

Leo XIV juga diharapkan melanjutkan reformasi yang dimulai Paus Fransiskus: keterbukaan dalam administrasi Gereja, penanganan serius terhadap kasus pelecehan seksual, memperkuat peran perempuan, dan keterlibatan kaum awam dalam pengambilan keputusan pastoral.

Mengapa Nama "Leo"? Simbol dan Harapan


Pemilihan nama "Leo" bukanlah pilihan yang remeh. Dalam sejarah kepausan, nama ini telah dipakai oleh 13 Paus sebelumnya. Dua di antaranya sangat berpengaruh:

- Paus Leo I (440--461): dikenal sebagai Leo Agung, adalah tokoh teologi besar dan diplomat handal yang berhasil menghentikan serangan Atilla si Hun ke Roma.

- Paus Leo XIII (1878--1903): terkenal dengan surat ensiklik Rerum Novarum yang memperjuangkan hak-hak pekerja dan memulai keterlibatan sosial Gereja secara teratur.

Dengan memilih nama Leo XIV, Paus baru tampaknya ingin menggabungkan kekuatan iman yang benar, ketegasan moral, dan dukungan sosial. Nama ini juga menjadi tanda bahwa ia ingin membawa Gereja Katolik ke langkah yang lebih berani dalam menghadapi masalah global seperti kemiskinan, krisis iklim, dan dehumanisasi digital.

Menuju Arah Baru Gereja Global

Terpilihnya Paus Leo XIV menjadi harapan baru bagi Gereja Katolik di tengah zaman yang penuh tantangan. Dunia sedang menghadapi pemecahan, perang, perubahan iklim, dan gangguan digital yang menimbulkan rasa keterasingan spiritual. Di tengah semua ini, umat Katolik dan masyarakat luas mengharapkan suara moral yang jelas, bijak, dan nyata.

Leo XIV bukan seorang tokoh terkenal, tapi ia adalah pemimpin yang telah berjalan bersama umat di jalan-jalan sepi Peru, duduk di bangku-bangku birokrasi Vatikan, dan kini berdiri sebagai pelayan umat di seluruh dunia.

Habemus Papam! Bukan hanya kabar baik bagi umat Katolik, tapi juga tanda bahwa harapan, kerendahan hati, dan keberanian bisa bersatu dalam sosok pemimpin spiritual dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun